QS Al-A'raf Ayat 117. وَاَوۡحَيۡنَاۤ اِلٰى مُوۡسٰٓى اَنۡ اَلۡقِ عَصَاكَ ۚ فَاِذَا هِىَ تَلۡقَفُ مَا يَاۡفِكُوۡنَ. Dan Kami wahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka.
رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ Arab-Latin Rabbi mụsā wa hārụnArtinya "yaitu Tuhan Musa dan Harun". Al-A'raf 121 ✵ Al-A'raf 123 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Penting Terkait Dengan Surat Al-A’raf Ayat 122 Paragraf di atas merupakan Surat Al-A’raf Ayat 122 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan kandungan penting dari ayat ini. Ada sekumpulan penjabaran dari beragam mufassirun berkaitan isi surat Al-A’raf ayat 122, antara lain sebagaimana di bawah ini📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaYaitu tuhan Musa dan harun. Dialah yang seharusnya ditunjukan seluruh jenis ibadah kepadaNYa semata, bukan kepada selainNya.”📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram122. Yaitu Rabbnya Musa dan Harun -Alaihimassalām-. Hanya Dia lah yang berhak disembah. Bukan sembahan-sembahan lain yang dianggap sebagai tuhan.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia121-122 Setelah mereka disujudkan oleh mukjizat Musa, mereka kemudian berkata { آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ } "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam" dengan lafazh ini mereka menafikan segala tuduhan bahwa mereka sujud untuk Musa, sebagaiman kebiasan yang mereka perbuat kepada Musa, selanjutnya mereka bertutur { رَبِّ مُوسَىٰ وَهَارُونَ } "yaitu Tuhan Musa dan Harun" ayat ini memperkuat bahwa sujud itu hanya kepada Allah yang esa, dan bukan kepada manusia hina yang menamakan dirinya sebagai tuhan { فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ } "Seraya berkata “Akulah tuhanmu yang paling tinggi" [ An-Nazi'at 24 ].Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah121-122. Mereka berkata “Kami beriman hanya kepada Allah, tiada sekutu bagiNya, Tuhan manusia dan jin, juga Tuhannya Musa dan Harun” sampai tidak ada satupun yang berpikiran untuk sujud kepada Fir’aun📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahTuhannya Musa dan Harun.”📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H120-122 orang yang paling jelas mengetahui kebenaran yang agung adalah orang-orang yang berpikiran obyektif dan ahli sihir yang mengetahui macam-macam sihir dan detail-detailnya yang tidak diketahui oleh selain mereka. Mereka mengetahui bahwa itu adalah mukjizat besar dari Allah, tak ada yang mampu menandinginya, maka ”ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata ’kami beriman kepada Rabb semesta alam yaitu Rabb musa dan harun’ yakni, kami membenarkan ayat-ayat yang jelas yang dibawa oleh dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Al-A’raf ayat 122 Karena mereka mengetahui bahwa apa yang mereka saksikan bukanlah berasal dari sihir.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-A’raf Ayat 122Yaitu tuhan pencipta dan pemelihara yang diyakini dan diimani oleh nabi musa dan nabi harun. Melihat itu, fir'aun pun terkejut dan naik pitam. Fir'aun berkata, mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu' tanpa menanyakan terlebih dahulu sebab mereka beriman, fir'aun melontarkan tuduhan, sesungguhnya ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan bersama musa dan harun di kota ini, yakni mesir, untuk mengusir penduduknya. Ia pun mengancam mereka, kelak kamu akan mengetahui apa yang akan aku lakukan untuk kamu, sebagai akibat perbuatanmu dengan beriman kepada musa dan harun, serta sebagai siksaan dari persekongkolan dan tipu muslihat yang kalian lakukan. Begitulah, penguasa tiran akan mengancam bila tersudut dan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian beberapa penjabaran dari banyak ulama berkaitan makna dan arti surat Al-A’raf ayat 122 arab-latin dan artinya, moga-moga membawa manfaat bagi ummat. Sokong dakwah kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan Link Paling Sering Dikunjungi Telaah ratusan halaman yang paling sering dikunjungi, seperti surat/ayat Yunus 41, Al-Fatihah 7, Luqman 13-14, Ali Imran 191, Al-Baqarah 216, Assalaamualaikum. Serta Ali Imran 104, Al-Fatihah 1, Al-Baqarah 284-286, Al-A’raf, Yasin 40, Al-Fatihah 2. Yunus 41Al-Fatihah 7Luqman 13-14Ali Imran 191Al-Baqarah 216AssalaamualaikumAli Imran 104Al-Fatihah 1Al-Baqarah 284-286Al-A’rafYasin 40Al-Fatihah 2 Pencarian al anfal 2, arti surat al bayyinah ayat 5, surat al hadid 57 ayat 22 menjelaskan bahwa, ﻓَﻤَﺎ ﺗَﻨﻔَﻌُﻬُﻢۡ ﺷَﻔَـٰﻌَﺔُ ﭐﻟﺸَّـٰﻔِﻌِﻴﻦَ, al muthaffifin ayat 15 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
SurahAl A'raf 117-122 - Surat Al A Raf Arab Latin Dan Terjemahan Arti Al Quran Online Surah Al Araf Ayat 117 122 Youtube from playback doesn't begin shortly, try restarting your . Quran recitation by abdul hadi kanakeri, english translation of the quran . Then we inspired moses, "throw down your staff," and—behold!—it
Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Dan Kami wahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan dengan membuang salah satu di antara kedua ta yang asal, yakni tongkat itu mencaplok apa yang mereka sulapkan apa yang mereka balikkan pada pandangan mata orang dengan tipu sulap mereka. Allah pun memerintahkan agar Mûsâ melempar tongkatnya. Tibalah saat yang ditunggu, dan Mûsâ pun segera melemparkan tongkatnya. Seketika itu juga tongkat itu menelan dengan cepat pengelabuan dan kebohongan sihir mereka. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir
FrisianFlag Primagro 1+ Vanilla 750gr Susu Pertumbuhan Anak Usia 1-3 Tahun. 24 % Rp112.400. Rp 85.600. Earthy Minyak Telon Roll On 10ml. Rp 40.000. SGM Ananda 6-12 Susu Formula 1000 gr NEW. Rp 87.600. Sebelumnya. Bacaan Surat Yunus Ayat 81-82 Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin, dan Artinya.
أَوْ تَقُولُوٓا۟ إِنَّمَآ أَشْرَكَ ءَابَآؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنۢ بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ ٱلْمُبْطِلُونَ Arab-Latin Au taqụlū innamā asyraka ābā`unā ming qablu wa kunnā żurriyyatam mim ba'dihim, a fa tuhlikunā bimā fa'alal-mubṭilụnArtinya Atau agar kamu tidak mengatakan "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" Al-A'raf 172 ✵ Al-A'raf 174 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Berharga Terkait Surat Al-A’raf Ayat 173 Paragraf di atas merupakan Surat Al-A’raf Ayat 173 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai kandungan berharga dari ayat ini. Terdokumentasikan berbagai penafsiran dari para pakar tafsir terhadap kandungan surat Al-A’raf ayat 173, misalnya sebagaimana termaktub📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaAtau agar kelak mereka tidak mengatakan, ”sesungguhnya nenek moyang kami dahulu berbuat syirik sebelum kami dan mereka juga melanggar perjanjian, lalu kami mencontoh mereka setelah mereka tiada, Maka apakah Egkau akan menyiksa kami akibat tindakan yang diperbuat orang-orang yang telah menghapuskan amal perbuatan mereka dengan menjadikan sekutu bagi Allah dalam peribadahan?”📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram173. Atau supaya kalian tidak beralasan bahwa para leluhur kalianlah yang melanggar perjanjian itu kemudian menyekutukan Allah dengan sesuatu. Sedangkan kalian hanya meniru praktik syirik yang kalian dapatkan dari para leluhur kalian. Lalu kalian berkata, “Apakah Engkau -wahai Rabb kami- akan menghukum kami dengan azab disebabkan perbuatan para leluhur kami yang membatalkan amal perbuatan mereka lantaran mereka telah menyekutukan Allah? Jadi kami sama sekali tidak bersalah, karena kami tidak tahu apa-apa. Dan kami hanya meniru para leluhur kami.”📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah173. Dan Allah menjelaskan sebab lain dari persaksian ini, yaitu agar mereka tidak berkata pada hari perhitungan “Sungguh nenek moyang kami yang membuat dan melakukan kesyirikan ini, sedangkan kami hanya mengikuti mereka karena kami adalah keturunan mereka.” Namun alasan kalian ini tidak dapat diterima, karena Allah telah memberi sebab-sebab yang dapat membuka hati kalian agar mendapat cahaya kebenaran, seandainya kalian mau menerima kebenaran dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah173. وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنۢ بَعْدِهِمْ ۖ sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka Kami tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran dan tidak mengetahui jalan yang benar, akan tetapi kami hanya melakukan apa yang dilakukan oleh nenek moyang kami. أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat? Yakni orang-orang yang sesat dari nenek moyang kami. Dan tidak ada dosa bagi kami atas ketidaktahuan kami dan atas perbuatan kami mengikuti jejak pendahulu kami.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah173 Atau agar kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, adapun kami ini adalah anak-anak keturunan dan pewaris mereka sehingga kami meniru, dan meneruskan perbuatan para pendahulu kami. Sehingga kami tidak mendapat petunjuk kebenaran. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan para pendahulu kami yang dahulu sesat dengan melakukan kesyirikan, adapun kami tidak ada dosa, dan kami tidak tahu menahu?”📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahAtau kalian tidak berkata,“Sesungguhnya nenek moyang kami telah menyekutukan Tuhan sebelumnya, dan kami adalah keturunan setelah mereka. Jadi apakah Engkau akan menyiksa kami karena perbuatan orang-orang yang melakukan kebathilan”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H172-173 Allah berfirman ”dan ingatlah ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka” yakni Dia mengeluarkan keturunan mereka dari sulbi mereka dan menjadikan mereka beranak pinak dari satu generasi kegenerasi lain. ”dan” ketika Dia mengeluarkan dari perut ibu mereka dan sulbi bapak mereka ”Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman bukankah aku ini Rabbmu?” yakni dengan mereka mengakui rububiyahNya dengan fitrah yang Dia berikan kepada mereka bahwa mereka mengakui bahwa Dia adalah Rabb, pencipta, dan pemilik mereka. Merekapun menjawab ”ya, kami mengakui itu” karena sesungguhnya Allah telah memfitrahkan manusia diatas agama yang lurus dan benar, semua manusia dirubah dan diganti oleh perkara-perkara yang menyusup kepada akal dari akidah-akidah yang rusak. Oleh karena itu ”mereka menjawab ’betulengkau Rabb kami kami menjadi saksi kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan sesungguhnya kami bani adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesan Rabb” yakni kami mengujimu sehingga kamu mengakui apa yang bersemayam di dalam jiwamu bahwa Allah adalah Rabbmu karena biasa saja pada hari kiamat kamu mengklaim bahwa hujjah Allah belum tegak atasmu dan kamu pun tidak mempunyai ilmu tentangnya justru kamu lalai dan teledor darinya. Pada hari ini hujjahmu telah terputus dan yang tegak hanyalah hujjah Allah yang kuat atasmu. Atau bisa jadi kamu berdalih dengan hujjah lain, kamu mengatakan ”sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka” maka kami mengikuti jejak mereka dan menelusuri kebatilan mereka. ”maka apakah engkau akan membinasakan kami karena perbuatan yang sesat dahulu” Allah telah menyematkan didalam jiwamu sesuatu yang menunjukanmu bahwa apa yang dilakukan oleh nenek moyangmu adalah batil, dan bahwa kebenaran adalah apa yang dibawa oleh para Rasul, ini menandingi apa yang dibawa oleh para Rasul, ini menandingi apa yang dipegang oleh nenek moyangmu dan mengunggulinya. Benar, terkadang ada pendapat dan pemikiran nenek moyang yang sesat yang diyakini sebagai kebenaran, hal itu tidak lain karena dia berpaling dari hujjah-hujjah Allah keterangan-keterangan dan tanda-tanda kebesaranNya yang terdapat di alam raya atau yang ada pada diri. Maka berpalingnya dia dari hal itu dan kecenderungannya kepada apa yang diucapkan oleh orang-orang yang menyimpang bisa membawa kepada keadaan dimana dia lebih mementingkan kebatilan diatas kebenaran. Inilah yang benar dalam menafsirkan ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa ini terjadi pada hari dimana Allah mengambil perjanjian kepada keturunan adam ketika Dia mengeluarkan mereka dari sulbinya dan Allah menuntut mereka bersaksi atas diri mereka lalu mereka bersaksi dengan itu, lalu Dia berhujjah atas mereka dengan apa yang diperintahkannya kepada mereka pada waktu itu atas kezhaliman mereka dalam kekufuran dan pengingkaran mereka di dunia dan diakhirat. Akan tetapi dalam ayat tersebut tidak dapat petunjuk ke arah ini, tidak pula ada korelasi dan pula tidak sesuai dengan hikmah Allah dan realitapun membuktikan itu, karena perjanjian ini yang mereka katakan bahwa ia terjadi manakala Allah mengeluarkan keturunan adam dari sulbinya ketika mereka masih di alam seperti atom, tidak seorangpun yang menyingggungnya dan terlintas dari benak bani adam, bagaimana Allah berhujjah kepada mereka dengan sesuatu dimana mereka tidak memiliki berita tentangnya tidak memiliki wujud dan bekas?📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Al-A’raf ayat 173 Sehingga kami mengikuti mereka. Mereka menganggap bahwa mereka tidak patut disiksa, karena yang salah adalah nenek moyang mereka yang mencontohkan demikian. Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa tidak bisa berhujjah dengan alasan itu karena mereka diciptakan di atas fitrah tauhid, dan fitrah mereka mendukung bahwa apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka adalah batil, yang benar adalah yang dibawa oleh para rasul, kemudian para rasul juga telah mengingatkan mereka agar bertauhid sesuai fitrah mereka, namun mereka malah menolaknya. Kalau pun terkadang terlintas dalam pikiran manusia bahwa pendapat dan pemikiran nenek moyang mereka benar, maka hal itu tidak lain karena ia berpaling dari hujjah-hujjah Allah, bukti dan ayat-ayat-Nya yang ada di alam semesta dan pada diri mereka sendiri.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-A’raf Ayat 173Atau agar kamu tidak beralasan dengan mengatakan seandainya tidak ada rasul yang kami utus atau tidak ada bukti-bukti itu, sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan tuhan sejak dahulu, sedang kami tidak mempunyai pembimbing selain mereka, sehingga kami mengikuti mereka saja, karena kami adalah keturunan yang datang setelah mereka dan hanya mengikuti jejak mereka. Maka apakah wajar wahai tuhan, engkau akan menyiksa dan membinasakan kami karena perbuatan syirik yang diwariskan kepada kami oleh orang-orang dahulu yang sesat' agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa nenek moyang mereka dahulu telah mempersekutukan tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan tuhan itu salah, tidak ada jalan lagi bagi mereka, hanya meniru nenek moyang mereka yang mempersekutukan tuhan. Karena itu mereka menganggap mereka tidak patut disiksa karena kesalahan nenek moyang mereka. Dan demikianlah, dengan penjelasan yang rinci dan penuh hikmah, kami menjelaskan ayat-ayat itu, berupa bukti-bukti keesaan kami dan semua tuntunan kami agar mereka kembali kepada kebenaran, menyadari kesalahan mereka dan tidak menuruti begitu saja orang-orang yang berbuat dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangItulah beberapa penafsiran dari para pakar tafsir terhadap kandungan dan arti surat Al-A’raf ayat 173 arab-latin dan artinya, moga-moga berfaidah bagi kita. Bantulah usaha kami dengan memberi backlink ke halaman ini atau ke halaman depan Yang Sering Dikaji Baca banyak materi yang sering dikaji, seperti surat/ayat Luqman 13-14, Al-Baqarah 216, Ali Imran 104, Al-Fatihah 7, Al-A’raf, Ali Imran 191. Juga Yasin 40, Yunus 41, Al-Baqarah 284-286, Al-Fatihah 2, Al-Fatihah 1, Assalaamualaikum. Luqman 13-14Al-Baqarah 216Ali Imran 104Al-Fatihah 7Al-A’rafAli Imran 191Yasin 40Yunus 41Al-Baqarah 284-286Al-Fatihah 2Al-Fatihah 1Assalaamualaikum Pencarian surat an nuh latin, surat al a'raf ayat 117-122 latin dan artinya, surat tabatyada, qs. al isra ayat 32 dan artinya, az zumar 53 latin Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Paragrafdi atas merupakan Surat Al-A'raf Ayat 121 dengan text arab, latin dan artinya. Didapatkan beberapa penjelasan dari banyak mufassir terkait makna surat Al-A'raf ayat 121, antara lain sebagaimana terlampir: Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia. Mereka berkata, "Kami beriman kepada penguasa alam semesta.".
الۤمّۤصۤ ۚ Alif lām mīm ṣād. Alif Lām Mīm Ṣād. كِتٰبٌ اُنْزِلَ اِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِيْ صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنْذِرَ بِهٖ وَذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ Kitābun unzila ilaika falā yakun fī ṣadrika ḥarajum minhu litunżira bihī wa żikrā lil-mu'minīna. Inilah Kitab yang diturunkan kepadamu Nabi Muhammad, maka janganlah engkau sesak dada karenanya supaya dengan kitab itu engkau memberi peringatan, dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. اِتَّبِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ Ittabiū mā unzila ilaikum mir rabbikum wa lā tattabiū min dūnihī auliyā'a, qalīlam mā tażakkarūna. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu ikuti pelindung selain Dia. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. وَكَمْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَا فَجَاۤءَهَا بَأْسُنَا بَيَاتًا اَوْ هُمْ قَاۤىِٕلُوْنَ Wa kam min qaryatin ahlaknāhā fa jā'ahā ba'sunā bayātan au hum qā'ilūna. Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan. Siksaan Kami datang menimpa penduduknya pada malam hari atau pada saat mereka beristirahat pada siang hari. فَمَا كَانَ دَعْوٰىهُمْ اِذْ جَاۤءَهُمْ بَأْسُنَآ اِلَّآ اَنْ قَالُوْٓا اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ Famā kāna dawāhum iż jā'ahum ba'sunā illā an qālū innā kunnā ẓālimīna. Maka, ketika siksaan Kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain hanyalah ucapan “Sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim.” فَلَنَسْـَٔلَنَّ الَّذِيْنَ اُرْسِلَ اِلَيْهِمْ وَلَنَسْـَٔلَنَّ الْمُرْسَلِيْنَۙ Fa lanas'alannal-lażīna ursila ilaihim wa lanas'alannal-mursalīna. Pasti akan Kami tanyai umat yang kepada mereka telah diutus para rasul. Pasti akan Kami tanyai pula para rasul. فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَّمَا كُنَّا غَاۤىِٕبِيْنَ Fa lanaquṣṣanna alaihim biilmiw wa mā kunnā gā'ibīna. Kemudian, pasti akan Kami kabarkan hal itu kepada mereka berdasarkan ilmu Kami. Sedikit pun Kami tidak pernah gaib jauh dari mereka. وَالْوَزْنُ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْحَقُّۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ Wal-waznu yauma'iżinil-ḥaqqu, faman ṡaqulat mawāzīnuhū fa ulā'ika humul-mufliḥūna. Timbangan pada hari itu menjadi ukuran kebenaran. Siapa yang berat timbangan kebaikan-nya, mereka itulah orang yang beruntung. وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَظْلِمُوْنَ Wa man khaffat mawāzīnuhū fa ulā'ikal-lażīna khasirū anfusahum bimā kānū bi'āyātinā yaẓlimūna. Siapa yang ringan timbangan kebaikan-nya, mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ࣖ Wa laqad makkannākum fil-arḍi wa jaalnā lakum fīhā maāyisya, qalīlam mā tasykurūna. Sungguh, Kami benar-benar telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan Kami sediakan di sana bumi penghidupan untukmu. Akan tetapi, sedikit sekali kamu bersyukur. وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ Wa laqad khalaqnākum ṡumma ṣawwarnākum ṡumma qulnā lil-malā'ikatisjudū li'ādama fa sajadū illā iblīsa, lam yakum minas-sājidīna. Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu Adam, kemudian Kami membentuk tubuh-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis enggan. Ia Iblis tidak termasuk kelompok yang bersujud. قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ Qāla mā manaaka allā tasjuda iż amartuka, qāla ana khairum minhu, khalaqtanī min nāriw wa khalaqtahū min ṭīnin. Dia Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu sehingga kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia Iblis menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُوْنُ لَكَ اَنْ تَتَكَبَّرَ فِيْهَا فَاخْرُجْ اِنَّكَ مِنَ الصّٰغِرِيْنَ Qāla fahbiṭ minhā famā yakūnu laka an tatakabbara fīhā fakhruj innaka minaṣ-ṣāgirīna. Dia Allah berfirman, “Turunlah kamu darinya surga karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.” قَالَ اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ Qāla anẓirnī ilā yaumi yubaṡūna. Ia Iblis menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan.” قَالَ اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ Qāla innaka minal-munẓarīna. Dia Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan waktu.” قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ Qāla fabimā agwaitanī la'aqudanna lahum ṣirāṭakal-mustaqīma. Ia Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ Ṡumma la'ātiyannahum mim baini aidīhim wa min khalfihim wa an aimānihim wa an syamā'ilihim, wa lā tajidu akṡarahum syākirīna. Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُوْمًا مَّدْحُوْرًا ۗ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ Qālakhruj minhā maż'ūmam madḥūrān, laman tabiaka minhum la'amla'anna jahannama minkum ajmaīna. Dia Allah berfirman, “Keluarlah kamu darinya surga dalam keadaan terhina dan terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.” وَيٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ Wa yā ādamuskun anta wa zaujukal-jannata fa kulā min ḥaiṡu syi'tumā wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takūnā minaẓ-ẓālimīna. Allah berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga ini. Lalu, makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ Fa waswasa lahumasy-syaiṭānu liyubdiya lahumā mā wūriya anhumā min sau'ātihimā wa qāla mā nahākumā rabbukumā an hāżihisy-syajarati illā an takūnā malakaini au takūnā minal-khālidīna. Maka, setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia setan berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali karena Dia tidak senang kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal dalam surga.” وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَۙ Wa qāsamahumā innī lakumā laminan-nāṣiḥīna. Ia setan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-benar termasuk para pemberi nasihat.” فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۗ وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَآ اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ Fa dallāhumā bigurūrin, falammā żāqasy-syajarata badat lahumā sau'ātuhumā wa ṭafiqā yakhṣifāni alaihimā miw waraqil-jannahti, wa nādāhumā rabbuhumā alam anhakumā an tilkumasy-syajarati wa aqul lakumā innasy-syaiṭāna lakumā aduwwum mubīnun. Ia setan menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi buah pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun di surga. Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ Qālā rabbanā ẓalamnā anfusanā wa illam tagfir lanā wa tarḥamnā lanakūnanna minal-khāsirīna. Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” قَالَ اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚوَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ Qālahbiṭū baḍukum libaḍin aduwwun, wa lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matāun ilā ḥīnin. Dia Allah berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang telah ditentukan.” قَالَ فِيْهَا تَحْيَوْنَ وَفِيْهَا تَمُوْتُوْنَ وَمِنْهَا تُخْرَجُوْنَ ࣖ Qāla fīhā taḥyauna wa fīhā tamūtūna wa minhā tukhrajūna. Dia Allah berfirman, “Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana pula kamu akan dikeluarkan dibangkitkan.” يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ Yā banī ādama qad anzalnā alaikum libāsay yuwārī sau'ātikum wa rīsyān, wa libāsut-taqwā żālika khairun, żālika min āyātillāhi laallahum yażżakkarūna. Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu sebagai bahan pakaian untuk menghias diri. Akan tetapi, pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah agar mereka selalu ingat. يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ Yā banī ādama lā yaftinannakumusy-syaiṭānu kamā akhraja abawaikum minal-jannati yanziu anhumā libāsahumā liyuriyahumā sau'ātihimā, innahū yarākum huwa wa qabīluhū min ḥaiṡu lā taraunahum, innā jaalnasy-syayāṭīna auliyā'a lil-lażīna lā yu'minūna. Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia setan telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia setan dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu sebagai penolong bagi orang-orang yang tidak beriman. وَاِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً قَالُوْا وَجَدْنَا عَلَيْهَآ اٰبَاۤءَنَا وَاللّٰهُ اَمَرَنَا بِهَاۗ قُلْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاۤءِۗ اَتَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ Wa iżā faalū fāḥisyatan qālū wajadnā alaihā ābā'anā wallāhu amaranā bihā, qul innallāha lā ya'muru bil-faḥsyā'i, ataqūlūna alallāhi mā lā talamūna. Apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, “Kami mendapati nenek moyang kami melakukan yang demikian dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.” Katakanlah Nabi Muhammad, “Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kekejian. Pantaskah kamu mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui?” قُلْ اَمَرَ رَبِّيْ بِالْقِسْطِۗ وَاَقِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۗ كَمَا بَدَاَكُمْ تَعُوْدُوْنَۗ Qul amara rabbī bil-qisṭi, wa aqīmū wujūhakum inda kulli masjidiw wadūhu mukhliṣīna lahud-dīna, kamā bada'akum taūdūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Tuhanku memerintahkan aku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu kepada Allah di setiap masjid dan berdoalah kepada-Nya dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Kamu akan kembali kepada-Nya sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan.” فَرِيْقًا هَدٰى وَفَرِيْقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلٰلَةُ ۗاِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ Farīqan hadā wa farīqan ḥaqqa alaihimuḍ-ḍalālahtu, innahumuttakhażusy-syayāṭīna auliyā'a min dūnillāhi wa yaḥsabūna annahum muhtadūna. Sekelompok manusia telah diberi-Nya petunjuk dan sekelompok lainnya telah pasti kesesatan atas mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung selain Allah. Mereka mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. ۞ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ Yā banī ādama khużū zīnatakum inda kulli masjidiw wa kulū wasyrabū wa lā tusrifū, innahū lā yuḥibbul-musrifīna. Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap memasuki masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْٓ اَخْرَجَ لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِۗ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ Qul man ḥarrama zīnatallāhil-latī akhraja liibādihī waṭ-ṭayyibāti minar-rizqi, qul hiya lil-lażīna āmanū fil-ḥayātid-dun-yā khāliṣatay yaumal-qiyāmahti, każālika nufaṣṣilul-āyāti liqaumiy yalamūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah Dia sediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, Semua itu adalah untuk orang-orang yang beriman dan juga tidak beriman dalam kehidupan dunia, tetapi ia akan menjadi khusus untuk mereka yang beriman saja pada hari Kiamat.’” Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu kepada kaum yang mengetahui. قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَاَنْ تُشْرِكُوْا بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ Qul innamā ḥarrama rabbiyal-fawāḥisya mā ẓahara minhā wa mā baṭana wal-iṡma wal-bagya bigairil-ḥaqqi wa an tusyrikū billāhi mā lam yunazzil bihī sulṭānaw wa an taqūlū alallāhi mā lā talamūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Sesungguhnya Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang tampak dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, dan perbuatan melampaui batas tanpa alasan yang benar. Dia juga mengharamkan kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan bukti pembenaran untuk itu dan mengharamkan kamu mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ Wa likulli ummatin ajalun, fa iżā jā'a ajaluhum lā yasta'khirūna sāataw wa lā yastaqdimūna. Setiap umat mempunyai ajal batas waktu. Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat pula meminta percepatan. يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِيْۙ فَمَنِ اتَّقٰى وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ Yā banī ādama immā ya'tiyannakum rusulum minkum yaquṣṣūna alaikum āyātī, famanittaqā wa aṣlaḥa falā khaufun alaihim wa lā hum yaḥzanūna. Wahai anak cucu Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, siapa pun yang bertakwa dan melakukan perbaikan, tidak ada rasa takut menimpa mereka dan tidak pula mereka bersedih. وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ Wal-lażīna każżabū bi'āyātinā wastakbarū anhā ulā'ika aṣḥābun-nāri, hum fīhā khālidūna. Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ Faman aẓlamu mimmaniftarā alallāhi każiban au każżaba bi'āyātihī, ulā'ika yanāluhum naṣībuhum minal-kitābi, ḥattā iżā jā'athum rusulunā yatawaffaunahum, qālū aina mā kuntum tadūna min dūnillāhi, qālū ḍallū annā wa syahidū alā anfusihim annahum kānū kāfirīna. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dari ketetapan Allah di dunia sehingga apabila datang kepada mereka para utusan malaikat Kami untuk mencabut nyawanya, mereka para malaikat berkata, “Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?” Mereka orang-orang musyrik menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.” Mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. قَالَ ادْخُلُوْا فِيْٓ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ فِى النَّارِۙ كُلَّمَا دَخَلَتْ اُمَّةٌ لَّعَنَتْ اُخْتَهَا ۗحَتّٰٓى اِذَا ادَّارَكُوْا فِيْهَا جَمِيْعًا ۙقَالَتْ اُخْرٰىهُمْ لِاُوْلٰىهُمْ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ اَضَلُّوْنَا فَاٰتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ەۗ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَعْلَمُوْنَ Qāladkhulū fī umamin qad khalat min qablikum minal-jinni wal-insi fin-nāri, kullamā dakhalat ummatul laanat ukhtahā, ḥattā iżaddārakū fīhā jamīān, qālat ukhrāhum li'ūlāhum rabbanā hā'ulā'i aḍallūnā fa ātihim ażāban ḍifam minan-nāri, qāla likullin ḍifuw wa lākil lā talamūna. Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum kamu dari golongan jin dan manusia.” Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya, sehingga apabila mereka telah masuk semuanya, berkatalah orang yang masuk belakangan kepada orang yang masuk terlebih dahulu, “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami. Datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka.” Allah berfirman, “Masing-masing mendapatkan siksaan yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui.” وَقَالَتْ اُوْلٰىهُمْ لِاُخْرٰىهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُوْنَ ࣖ Wa qālat ūlāhum li'ukhrāhum famā kāna lakum alainā min faḍlin fa żūqul-ażāba bimā kuntum taksibūna. Orang yang masuk terlebih dahulu berkata kepada yang masuk belakangan, “Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka, rasakanlah azab itu karena perbuatan yang telah kamu lakukan.” اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ Innal-lażīna każżabū bi'āyātinā wastakbarū anhā lā tufattaḥu lahum abwābus-samā'i wa lā yadkhulūnal-jannata ḥattā yalijal-jamalu fī sammil-khiyāṭi, wa każālika najzil-mujrimīna. Sesungguhnya bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat durhaka. لَهُمْ مِّنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَّمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ Lahum min jahannama mihāduw wa min fauqihim gawāsyin, wa każālika najziẓ-ẓālimīna. Bagi mereka disediakan alas tidur dari api neraka Jahanam dan di atas mereka ada selimut dari api neraka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ Wal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti lā nukallifu nafsan illā wusahā, ulā'ika aṣḥābul-jannahti, hum fīhā khālidūna. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya. وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُۚ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَاۗ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ ۚ لَقَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّۗ وَنُوْدُوْٓا اَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ Wa nazanā mā fī ṣudūrihim min gillin tajrī min taḥtihimul-anhāru, wa qālul-ḥamdu lillāhil-lażī hadānā lihāżā, wa mā kunnā linahtadiya lau lā an hadānallāhu, laqad jā'at rusulu rabbinā bil-ḥaqqi, wa nūdū an tilkumul-jannatu ūriṡtumūhā bimā kuntum tamalūna. Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, di surga mengalir di bawah mereka sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke surga ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.” Diserukan kepada mereka, “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu karena apa yang selalu kamu kerjakan.” وَنَادٰٓى اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ اَصْحٰبَ النَّارِ اَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُّمْ مَّا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا ۗقَالُوْا نَعَمْۚ فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ بَيْنَهُمْ اَنْ لَّعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ Wa nādā aṣḥābul-jannati aṣḥāban-nāri an qad wajadnā mā waadanā rabbunā ḥaqqan fahal wajattum mā waada rabbukum ḥaqqān, qālū naam, fa ażżana mu'ażżinum bainahum al lanatullāhi alaẓ-ẓālimīna. Para penghuni surga menyeru para penghuni neraka, “Sungguh, kami telah mendapati sesuatu surga yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah mendapati pula sesuatu azab yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.” Kemudian penyeru malaikat mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang yang zalim.” اَلَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۚ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ كٰفِرُوْنَۘ Al-lażīna yaṣuddūna an sabīlillāhi wa yabgūnahā iwajān, wa hum bil-ākhirati kāfirūna. Mereka adalah orang-orang yang menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah serta menginginkan jalan itu menjadi bengkok dan mereka itu orang-orang yang mengingkari kehidupan akhirat. وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌۚ وَعَلَى الْاَعْرَافِ رِجَالٌ يَّعْرِفُوْنَ كُلًّا ۢ بِسِيْمٰىهُمْۚ وَنَادَوْا اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ اَنْ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْۗ لَمْ يَدْخُلُوْهَا وَهُمْ يَطْمَعُوْنَ Wa bainahumā ḥijābun, wa alal-arāfi rijāluy yarifūna kullam bisīmāhum, wa nādau aṣḥābal-jannati an salāmun alaikum, lam yadkhulūhā wa hum yaṭmaūna. Di antara keduanya para penghuni surga dan neraka ada batas pemisah dan di atas tempat yang tertinggi al-arāf ada orang-orang yang saling mengenal dengan tandanya masing-masing. Mereka menyeru para penghuni surga, “Salāmun alaikum semoga keselamatan tercurah kepadamu.” Mereka belum dapat memasukinya, padahal mereka sangat ingin memasukinya. ۞ وَاِذَا صُرِفَتْ اَبْصَارُهُمْ تِلْقَاۤءَ اَصْحٰبِ النَّارِۙ قَالُوْا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ Wa iżā ṣurifat abṣāruhum tilqā'a aṣḥābin-nāri qālū rabbanā lā tajalnā maal-qaumiẓ-ẓālimīna. Apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama kaum yang zalim itu.” وَنَادٰٓى اَصْحٰبُ الْاَعْرَافِ رِجَالًا يَّعْرِفُوْنَهُمْ بِسِيْمٰىهُمْ قَالُوْا مَآ اَغْنٰى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ Wa nādā aṣḥābul-arāfi rijālay yarifūnahum bisīmāhum qālū mā agnā ankum jamukum wa mā kuntum tastakbirūna. Orang-orang di atas tempat yang tertinggi al-arāf menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tanda khusus sambil berkata, “Tidak ada manfaatnya bagimu harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan. اَهٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللّٰهُ بِرَحْمَةٍۗ اُدْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَآ اَنْتُمْ تَحْزَنُوْنَ Ahā'ulā'il-lażīna aqsamtum lā yanāluhumullāhu biraḥmahtin, udkhulul-jannata lā khaufun alaikum wa lā antum taḥzanūna. Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah ketika kamu hidup di dunia, bahwa mereka tidak akan diberi rahmat oleh Allah?” Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga tidak akan bersedih.” وَنَادٰٓى اَصْحٰبُ النَّارِ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ اَنْ اَفِيْضُوْا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاۤءِ اَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۗقَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكٰفِرِيْنَۙ Wa nādā aṣḥābun-nāri aṣḥābal-jannati an afīḍū alainā minal-mā'i au mimmā razaqakumullāhu, qālū innallāha ḥarramahumā alal-kāfirīna. Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah sedikit air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya air dan rezeki bagi orang-orang kafir.” الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَهُمْ لَهْوًا وَّلَعِبًا وَّغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۚ فَالْيَوْمَ نَنْسٰىهُمْ كَمَا نَسُوْا لِقَاۤءَ يَوْمِهِمْ هٰذَاۙ وَمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَجْحَدُوْنَ Al-lażīnattakhażū dīnahum lahwaw wa laibaw wa garrathumul-ḥayātud-dun-yā, fal-yauma nansāhum kamā nasū liqā'a yaumihim hāżā, wa mā kānū bi'āyātinā yajḥadūna. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai kelengahan dan permainan serta mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka, pada hari ini Kiamat, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini dan karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. وَلَقَدْ جِئْنٰهُمْ بِكِتٰبٍ فَصَّلْنٰهُ عَلٰى عِلْمٍ هُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ Wa laqad ji'nāhum bikitābin faṣṣalnāhu alā ilmin hudaw wa raḥmatal liqaumiy yu'minūna. Sungguh, Kami telah mendatangkan kepada mereka Kitab Al-Qur’an yang telah Kami jelaskan secara terperinci atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّا تَأْوِيْلَهٗۗ يَوْمَ يَأْتِيْ تَأْوِيْلُهٗ يَقُوْلُ الَّذِيْنَ نَسُوْهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّۚ فَهَلْ لَّنَا مِنْ شُفَعَاۤءَ فَيَشْفَعُوْا لَنَآ اَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ قَدْ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ࣖ Hal yanẓurūna illā ta'wīlahū, yauma ya'tī ta'wīluhū yaqūlul-lażīna nasūhu min qablu qad jā'at rusulu rabbinā bil-ḥaqqi, fahal lanā min syufaā'a fa yasyfaū lanā au nuraddu fa namala gairal-lażī kunnā namalu, qad khasirū anfusahum wa ḍalla anhum mā kānū yaftarūna. Tidakkah mereka menunggu kecuali takwilnya terwujudnya kebenaran Al-Qur’an. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya berkata, “Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan ke dunia sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” Sungguh, mereka telah merugikan diri sendiri dan telah hilang lenyap dari mereka apa pun yang dahulu mereka ada-adakan. اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ Inna rabbakumullāhul-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin ṡummastawā alal-arsyi, yugsyil-lailan-nahāra yaṭlubuhū ḥaṡīṡān, wasy-syamsa wal-qamara wan-nujūma musakhkharātim bi'amrihī, alā lahul-khalqu wal-amru, tabārakallāhu rabbul-ālamīna. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy. Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat. Dia ciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan urusan. Maha berlimpah anugerah Allah, Tuhan semesta alam. اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ Udū rabbakum taḍarruaw wa khufūyahtan, innahū lā yuḥibbul-mutadīna. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ Wa lā tufsidū fil-arḍi bada iṣlāḥihā wadūhu khaufaw wa ṭamaān, inna raḥmatallāhi qarībum minal-muḥsinīna. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاۤءَ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ Wa huwal-lażī yursilur-riyāḥa busyram baina yadai raḥmatihī, ḥattā iżā aqallat saḥāban ṡiqālan suqnāhu libaladim mayyitin fa anzalnā bihil-mā'a fa akhrajnā bihī min kulliṡ-ṡamarāti, każālika nukhrijul-mautā laallakum tażakkarūna. Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya hujan sehingga apabila angin itu telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat. وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهٗ بِاِذْنِ رَبِّهٖۚ وَالَّذِيْ خَبُثَ لَا يَخْرُجُ اِلَّا نَكِدًاۗ كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّشْكُرُوْنَ ࣖ Wal-baladuṭ-ṭayyibu yakhruju nabātuhū bi'iżni rabbihī, wal-lażī khabuṡa lā yakhruju illā nakidān, każālika nuṣarriful-āyāti liqaumiy yasykurūna. Tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Tuhannya. Adapun tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami jelaskan berulang kali tanda-tanda kebesaran Kami bagi orang-orang yang bersyukur. لَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ Laqad arsalnā nūḥan ilā qaumihī fa qāla yā qaumibudullāha mā lakum min ilāhin gairuhū, innī akhāfu alaikum ażāba yaumin aẓīmin. Sungguh, Kami telah mengutus Nuh sebagai rasul kepada kaumnya, lalu ia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah karena tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.” Sesungguhnya kalau kamu tidak menyembah Allah aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar hari Kiamat. قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ Qālal mala'u min qaumihī innā lanarāka fī ḍalālim mubīnin. Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu berada dalam kesesatan yang nyata.” قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ ضَلٰلَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ Qāla yā qaumi laisa bī ḍalālatuw wa lākinnī rasūlum mir rabbil-ālamīna. Dia Nuh menjawab, “Hai kaumku, tidak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah rasul dari Tuhan semesta alam. اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنْصَحُ لَكُمْ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ Uballigukum risālāti rabbī wa anṣaḥu lakum wa alamu minallāhi mā lā talamūna. Aku sampaikan kepadamu risalah amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوْا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ Awaajibtum an jā'akum żikrum mir rabbikum alā rajulim minkum liyunżirakum wa litattaqū wa laallakum turḥamūna. Apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu kepada seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu, agar kamu bertakwa, dan agar kamu mendapat rahmat?” فَكَذَّبُوْهُ فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ فِى الْفُلْكِ وَاَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا عَمِيْنَ ࣖ Fa każżabūhu fa anjaināhu wal-lażīna maahū fil-fulki wa agraqnal-lażīna każżabū bi'āyātinā, innahum kānū qauman amīna. Karena mereka mendustakannya Nuh, Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera serta Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta mata hatinya. ۞ وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ Wa ilā ādin akhāḥum hūdān, qāla yā qaumibudullāha mā lakum min ilāhin gairuhū, afalā tattaqūna. Kami telah mengutus kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Tidakkah kamu bertakwa?” قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ Qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī innā lanarāka fī safāhatiw wa innā lanaẓunnuka minal-kāżibīna. Para pemuka yang kufur di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menduga bahwa kamu termasuk para pembohong.” قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ سَفَاهَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ Qāla yā qaumi laisa bī safāhatuw wa lākinnī rasūlum mir rabbil-ālamīna. Dia Hud berkata, “Wahai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah rasul dari Tuhan semesta alam. اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ اَمِيْنٌ Uballigukum risālāti rabbī wa ana lakum nāṣiḥun amīnun. Aku sampaikan kepadamu risalah-risalah amanat Tuhanku dan aku terhadap kamu adalah penasihat yang tepercaya. اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْۗ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Awaajibtum an jā'akum żikrum mir rabbikum alā rajulim minkum liyunżirakum, ważkurū iż jaalakum khulafā'a mim badi qaumi nūḥiw wa zādakum fil-khalqi basṭahtan, fażkurū ālā'allāhi laallakum tufliḥūna. Apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa telah datang kepadamu tuntunan dari Tuhanmu atas seorang laki-laki dari golonganmu supaya dia memberi peringatan kepadamu? Ingatlah, ketika Dia Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti yang berkuasa sesudah kaum Nuh, dan melebihkan kamu dalam penciptaan berupa tubuh yang tinggi, besar, dan kuat. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَاۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ Qālū aji'tanā linabudallāha waḥdahū wa nażara mā kāna yabudu ābā'unā, fa'tinā bimā taidunā in kunta minaṣ ṣādiqīna. Mereka berkata, “Apakah engkau wahai Hud datang kepada kami agar kami menyembah Allah semata dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka, datangkanlah kepada kami apa yang kamu janjikan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَّغَضَبٌۗ اَتُجَادِلُوْنَنِيْ فِيْٓ اَسْمَاۤءٍ سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ فَانْتَظِرُوْٓا اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ Qāla qad waqaa alaikum mir rabbikum rijsuw wa gaḍabun, atujādilūnanī fī asmā'in sammaitumūhā antum wa ābā'ukum mā nazzalallāhu bihā min sulṭānin, fantaẓirū innī maakum minal-muntaẓirīna. Dia Hud berkata, “Sungguh, sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan Aku tentang nama-nama berhala yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah tidak menurunkan sedikit pun hujah alasan pembenaran untuk itu? Maka, tunggulah azab dan kemarahan itu! Sesungguhnya aku bersamamu termasuk orang-orang yang menunggu.” فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ ࣖ Fa anjaināhu wal-lażīna maahū biraḥmatim minnā wa qaṭanā dābiral-lażīna każżabū bi'āyātinā wa mā kānū mu'minīna. Maka, Kami selamatkan dia Hud dan orang-orang yang bersamanya karena rahmat yang besar dari Kami, dan Kami binasakan sampai akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka bukanlah orang-orang mukmin. وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ Wa ilā ṡamūda akhāhum ṣāliḥān, qāla yā qaumibudullāha mā lakum min ilāhin gairuhū, qad jā'atkum bayyinatum mir rabbikum, hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarūhā ta'kul fī arḍillāhi wa lā tamassūhā bisū'in fa ya'khużakum ażābun alīmun. Kami telah mengutus kepada kaum Samud saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagi kamu tuhan selain Dia. Sungguh, telah datang kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini adalah unta betina Allah untuk kamu sebagai mukjizat. Maka, biarkanlah ia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan keburukan apa pun sehingga kamu ditimpa siksa yang sangat pedih.” وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ Ważkurū iż jaalakum khulafā'a mim badi ādiw wa bawwa'akum fil-arḍi tattakhiżūna min suhūlihā quṣūraw wa tanḥitūnal-jibāla buyūtān, fażkurū ālā'allāhi wa lā taṡau fil-arḍi mufsidīna. Ingatlah ketika Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti yang berkuasa sesudah Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada dataran rendahnya bangunan-bangunan besar dan kamu pahat gunung-gunungnya menjadi rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan. قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لِلَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا لِمَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ اَتَعْلَمُوْنَ اَنَّ صٰلِحًا مُّرْسَلٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قَالُوْٓا اِنَّا بِمَآ اُرْسِلَ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ Qālal-mala'ul-lażīnastakbarū min qaumihī lil-lażīnastuḍifū liman āmana minhum atalamūna anna ṣāliḥam mursalum mir rabbihī, qālū innā bimā ursila bihī mu'minūna. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, “Tahukah kamu bahwa Saleh diutus menjadi rasul oleh Tuhannya?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami beriman kepada apa wahyu yang dibawanya.” قَالَ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْٓا اِنَّا بِالَّذِيْٓ اٰمَنْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ Qālal-lażīnastakbarū innā bil-lażī āmantum bihī kāfirūna. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkari apa yang kamu imani.” فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ اَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوْا يٰصٰلِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ Fa aqarun-nāqata wa atau an amri rabbihim wa qālū yā ṣāliḥu'tinā bimā taidunā in kunta minal-mursalīna. Lalu, mereka memotong unta betina itu dan mereka melampaui batas terhadap perintah Tuhan mereka, dan mereka berkata, “Wahai Saleh, datangkanlah kepada kami apa ancaman siksa yang engkau janjikan kepada kami jika engkau termasuk orang-orang yang diutus Allah.” فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَ Fa akhażathumur-rajfatu fa aṣbaḥū fī dārihim jāṡimīna. Maka, gempa dahsyat menimpa mereka sehingga mereka menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam reruntuhan tempat tinggal mereka. فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُحِبُّوْنَ النّٰصِحِيْنَ Fa tawallā anhum wa qāla yā qaumi laqad ablagtukum risālata rabbī wa naṣaḥtu lakum wa lākil lā tuḥibbūnan-nāṣiḥīna. Maka, dia Saleh meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu risalah amanat Tuhanku dan aku telah menasihatimu, tetapi kamu tidak menyukai para pemberi nasihat.” وَلُوْطًا اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖٓ اَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ اَحَدٍ مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ Wa lūṭan iż qāla liqaumihī ata'tūnal-fāḥisyata mā sabaqakum bihā min aḥadim minal-ālamīna. Kami juga telah mengutus Lut kepada kaumnya. Ingatlah ketika dia berkata kepada kaumnya, “Apakah kamu mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelum kamu di dunia ini? اِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَاۤءِۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ Innakum lata'tūnar-rijāla syahwatam min dūnin-nisā'i, bal antum qaumum musrifūna. Sesungguhnya kamu benar-benar mendatangi laki-laki untuk melampiaskan syahwat, bukan kepada perempuan, bahkan kamu adalah kaum yang melampaui batas.” وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهٖٓ اِلَّآ اَنْ قَالُوْٓا اَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ قَرْيَتِكُمْۚ اِنَّهُمْ اُنَاسٌ يَّتَطَهَّرُوْنَ Wa mā kāna jawāba qaumihī illā an qālū akhrijūhum min qaryatikum, innahum unāsuy yataṭahharūna. Tidak ada jawaban kaumnya selain berkata, “Usirlah mereka Lut dan pengikutnya dari negerimu ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menganggap dirinya suci.” فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَهْلَهٗٓ اِلَّا امْرَاَتَهٗ كَانَتْ مِنَ الْغٰبِرِيْنَ Fa anjaināhu wa ahlahū illamra'atahū kānat minal-gābirīna. Maka, Kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia istrinya termasuk orang-orang kafir yang tertinggal. وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِيْنَ ࣖ Wa amṭarnā alaihim maṭarān, fanẓur kaifa kāna āqibatul-mujrimīna. Kami hujani mereka dengan hujan batu. Perhatikanlah, bagaimana kesudahan para pendurhaka. وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ Wa ilā madyana akhāhum syuaibān, qāla yā qaumibudullāha mā lakum min ilāhin gairuhū, qad jā'atkum bayyinatum mir rabbikum fa auful-kaila wal-mīzāna wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā'ahum wa lā tufsidū fil-arḍi bada iṣlāḥihā, żālikum khairul lakum in kuntum mu'minīna. Kepada penduduk Madyan, Kami utus saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada bagimu tuhan yang disembah selain Dia. Sungguh, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka, sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah merugikan hak-hak orang lain sedikit pun. Jangan pula berbuat kerusakan di bumi setelah perbaikannya. Itulah lebih baik bagimu, jika kamu beriman.” وَلَا تَقْعُدُوْا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوْعِدُوْنَ وَتَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِهٖ وَتَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۚ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ كُنْتُمْ قَلِيْلًا فَكَثَّرَكُمْۖ وَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ Wa lā taqudū bikulli ṣirāṭin tūidūna wa taṣuddūna an sabīlillāhi man āmana bihī wa tabgūnahā iwajān, ważkurū iż kuntum qalīlan fa kaṡṡarakum, wanẓurū kaifa kāna āqibatul-mufsidīna. Janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah, serta ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Perhatikanlah, bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. وَاِنْ كَانَ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْكُمْ اٰمَنُوْا بِالَّذِيْٓ اُرْسِلْتُ بِهٖ وَطَاۤىِٕفَةٌ لَّمْ يُؤْمِنُوْا فَاصْبِرُوْا حَتّٰى يَحْكُمَ اللّٰهُ بَيْنَنَاۚ وَهُوَ خَيْرُ الْحٰكِمِيْنَ ۔ Wa in kāna ṭā'ifatum minkum āmanū bil-lażī ursiltu bihī wa ṭā'ifatul lam tu'minū faṣbirū ḥattā yaḥkumallāhu bainanā, wa huwa khairul-ḥākimīna. Jika ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada ajaran yang aku diutus menyampaikannya dan ada pula segolongan yang tidak beriman, bersabarlah sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. Dia adalah pemberi putusan yang terbaik. ۞ قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَنُخْرِجَنَّكَ يٰشُعَيْبُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَآ اَوْ لَتَعُوْدُنَّ فِيْ مِلَّتِنَاۗ قَالَ اَوَلَوْ كُنَّا كٰرِهِيْنَ Qālal-mala'ul-lażīnastakbarū min qaumihī lanukhrijannaka yā syuaibu wal-lażīna āmanū maaka min qaryatinā au lataūdunna fī millatinā, qāla awalau kunnā kārihīna. Para pemuka yang sombong dari kaumnya berkata, “Wahai Syuʻaib, sungguh, kami akan mengusirmu bersama orang-orang yang beriman kepadamu dari negeri kami, kecuali engkau benar-benar kembali kepada agama kami.” Syuʻaib berkata, “Apakah kami kembali padanya meskipun kami membenci-nya? قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اِنْ عُدْنَا فِيْ مِلَّتِكُمْ بَعْدَ اِذْ نَجّٰىنَا اللّٰهُ مِنْهَاۗ وَمَا يَكُوْنُ لَنَآ اَنْ نَّعُوْدَ فِيْهَآ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّنَاۗ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًاۗ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَاۗ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفٰتِحِيْنَ Qadiftarainā alallāhi każiban in udnā fī millatikum bada iż najjānallāhu minhā, wa mā yakūnu lanā an naūda fīhā illā ay yasyā'allāhu rabbunā, wasia rabbunā kulla syai'in ilmān, alallāhi tawakkalnā, rabbanaftaḥ bainanā wa baina qauminā bil-ḥaqqi wa anta khairul-fātiḥīna. Sungguh, kami telah mengada-adakan kebohongan besar kepada Allah jika kami kembali pada agamamu setelah Allah menyelamatkan kami darinya. Tidaklah patut kami kembali padanya, kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki. Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal. Wahai Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak adil. Engkaulah pemberi keputusan terbaik.” وَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَىِٕنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا اِنَّكُمْ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ Wa qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī la'inittabatum syuaiban innakum iżal lakhāsirūna. Para pemuka orang-orang yang kufur dari kaumnya berkata kepada sesamanya, “Sungguh, jika kamu mengikuti Syuʻaib, niscaya kamu benar-benar menjadi orang-orang yang rugi.” فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ Fa akhażathumur-rajfatu fa aṣbaḥū fī dārihim jāṡimīna. Maka, gempa dahsyat menimpa mereka sehingga mereka menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam reruntuhan tempat tinggal mereka. الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا شُعَيْبًا كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَاۚ اَلَّذِيْنَ كَذَّبُوْا شُعَيْبًا كَانُوْا هُمُ الْخٰسِرِيْنَ Al-lażīna każżabū syuaiban ka'allam yagnau fīhā, al-lażīna każżabū syuaiban kānū humul-khāsirīna. Orang-orang yang mendustakan Syuʻaib seakan-akan belum pernah tinggal di negeri itu. Mereka yang mendustakan Syuʻaib itulah orang-orang yang rugi. فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْۚ فَكَيْفَ اٰسٰى عَلٰى قَوْمٍ كٰفِرِيْنَ ࣖ Fa tawallā anhum wa qāla yā qaumi laqad ablagtukum risālāti rabbī wa naṣaḥtu lakum, fa kaifa āsā alā qaumin kāfirīna. Ketika Syuʻaib yakin azab akan menimpa kaum kafir, ia meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh aku benar-benar telah menyampaikan risalah Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihatimu. Maka, bagaimana aku akan bersedih terhadap kaum kafir?” وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّبِيٍّ اِلَّآ اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ Wa mā arsalnā fī qaryatim min nabiyyin illā akhażnā ahlahā bil-ba'sā'i waḍ-ḍarrā'i laallahum yaḍḍarraūna. Kami tidak mengutus seorang nabi pun di suatu negeri, lalu penduduknya mendustakan nabi itu, melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka tunduk dengan merendahkan diri. ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتّٰى عَفَوْا وَّقَالُوْا قَدْ مَسَّ اٰبَاۤءَنَا الضَّرَّاۤءُ وَالسَّرَّاۤءُ فَاَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ Ṡumma baddalnā makānas-sayyi'atil-ḥasanata ḥattā afau wa qālū qad massa ābā'anaḍ-ḍarrā'u was-sarrā'u fa akhażnāhum bagtataw wa hum lā yasyurūna. Kemudian, Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan sehingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak. Lalu, mereka berkata, “Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan.” Maka, Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari. وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ Wa lau anna ahlal-qurā āmanū wattaqau lafataḥnā alaihim barakātim minas-samā'i wal ardḍi wa lākin każżabū fa akhażnāhum bimā kānū yaksibūna. Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan para rasul dan ayat-ayat Kami. Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan. اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَّهُمْ نَاۤىِٕمُوْنَۗ Afa amina ahlul-qurā ay ya'tiyahum ba'sunā bayātaw wa hum nā'imūna. Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari siksa Kami yang datang pada malam hari ketika mereka sedang tidur? اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ Awa amina ahlul-qurā ay ya'tiyahum ba'sunā ḍuḥaw wa hum yalabūna. Atau, apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari siksa Kami yang datang pada waktu duha waktu menjelang tengah hari ketika mereka sedang bermain? اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ Afa aminū makrallāhi, falā ya'manu makrallāhi illal-qaumul khāsirūna. Atau, apakah mereka merasa aman dari siksa Allah yang tidak terduga-duga? Tidak ada orang yang merasa aman dari siksa Allah, selain kaum yang rugi. اَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْاَرْضَ مِنْۢ بَعْدِ اَهْلِهَآ اَنْ لَّوْ نَشَاۤءُ اَصَبْنٰهُمْ بِذُنُوْبِهِمْۚ وَنَطْبَعُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَ Awalam yahdi lil-lażīna yariṡūnal-arḍa mim badi ahlihā allau nasyā'u aṣabnāhum biżunūbihim, wa naṭbau alā qulūbihim fahum lā yasmaūna. Ataukah belum juga jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri setelah lenyap penduduknya, bahwa seandainya Kami menghendaki, Kami benar-benar akan menimpakan siksa kepada mereka karena dosa-dosanya? Kami akan mengunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar pelajaran. تِلْكَ الْقُرٰى نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤىِٕهَاۚ وَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِۚ فَمَا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْا بِمَا كَذَّبُوْا مِنْ قَبْلُۗ كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِ الْكٰفِرِيْنَ Tilkal-qurā naquṣṣu alaika min ambā'ihā, wa laqad jā'athum rusuluhum bil-bayyināti, famā kānū liyu'minū bimā każżabū min qablu, każālika yaṭbaullāhu alā qulūbil-kāfirīna. Negeri-negeri yang telah Kami binasakan itu Kami ceritakan sebagian kisahnya kepadamu Nabi Muhammad. Sungguh, rasul-rasul mereka telah datang dengan membawa bukti-bukti yang nyata kepada mereka. Akan tetapi, mereka tidak mau beriman pada apa yang telah mereka dustakan sebelumnya. Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang yang kafir. وَمَا وَجَدْنَا لِاَكْثَرِهِمْ مِّنْ عَهْدٍۚ وَاِنْ وَّجَدْنَآ اَكْثَرَهُمْ لَفٰسِقِيْنَ Wa mā wajadnā li'akṡarihim min ahdin, wa iw wajadnā akṡarahum lafāsiqīna. Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami dapati kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ مُّوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَظَلَمُوْا بِهَاۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ Ṡumma baaṡnā mim badihim mūsā bi'āyātinā ilā firauna wa mala'ihī fa ẓalamū bihā, fanẓur kaifa kāna āqibatul-mufsidīna. Kemudian, Kami utus Musa setelah mereka dengan membawa tanda-tanda kekuasaan Kami kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya. Lalu, mereka mengingkarinya. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. وَقَالَ مُوْسٰى يٰفِرْعَوْنُ اِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ Wa qāla mūsa yā firaunu innī rasūlum mir rabbil-ālamīna. Musa berkata, “Wahai Firaun, sesungguhnya aku adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam. حَقِيْقٌ عَلٰٓى اَنْ لَّآ اَقُوْلَ عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَرْسِلْ مَعِيَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۗ Ḥaqīqun alā allā aqūla alallāhi illal-ḥaqqa, qad ji'tukum bibayyinatim mir rabbikum fa arsil maiya banī isrā'īla. Wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak benar. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka, lepaskanlah Bani Israil pergi bersamaku.” قَالَ اِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِاٰيَةٍ فَأْتِ بِهَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ Qāla in kunta ji'ta bi'āyatin fa'ti bihā in kunta minaṣ ṣādiqīna. Dia Firaun berkata, “Jika benar engkau membawa suatu bukti, tunjukkanlah, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar.” فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ ۖ Fa alqā aṣāhu fa iżā hiya ṡubānum mubīnun. Maka, dia Musa melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia tongkat itu menjadi ular besar yang nyata. وَّنَزَعَ يَدَهٗ فَاِذَا هِيَ بَيْضَاۤءُ لِلنّٰظِرِيْنَ ࣖ Wa nazaa yadahū fa iżā hiya baiḍā'u lin-nāẓirīna. Dia menarik tangannya, tiba-tiba ia tangan itu menjadi putih bercahaya bagi orang-orang yang melihat-nya. قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ عَلِيْمٌۙ Qālal-mala'u min qaumi firauna inna hāżā lasāḥirum alīmun. Para pemuka kaum Firaun berkata, “Sesungguhnya orang ini benar-benar penyihir yang sangat pandai. يُّرِيْدُ اَنْ يُّخْرِجَكُمْ مِّنْ اَرْضِكُمْ ۚ فَمَاذَا تَأْمُرُوْنَ Yurīdu ay yukhrijakum min arḍikum, fa māżā ta'murūna. Dia hendak mengusir kamu dari negerimu.” Firaun berkata, “Maka, apa saran kamu?” قَالُوْآ اَرْجِهْ وَاَخَاهُ وَاَرْسِلْ فِى الْمَدَاۤىِٕنِ حٰشِرِيْنَۙ Qālū arjih wa akhāhu wa arsil fil-madā'ini ḥāsyirīna. Mereka para pemuka itu menjawab, “Beri tangguhlah dia dan saudaranya dan utuslah ke kota-kota beberapa orang untuk mengumpulkan para penyihir يَأْتُوْكَ بِكُلِّ سٰحِرٍ عَلِيْمٍ Ya'tūka bikulli sāḥirin alīmin. agar mereka membawa semua penyihir yang pandai kepadamu.” وَجَاۤءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوْٓا اِنَّ لَنَا لَاَجْرًا اِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغٰلِبِيْنَ Wa jā'as-saḥaratu firauna qālū inna lanā la'ajran in kunnā naḥnul-gālibīna. Para penyihir datang kepada Firaun. Mereka berkata, “Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan jika kami menang?” قَالَ نَعَمْ وَاِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ Qāla naam wa innakum laminal-muqarrabīna. Dia Firaun menjawab, “Ya, bahkan sesungguhnya kamu pasti termasuk orang-orang yang didekatkan kedudukannya kepadaku.” قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِمَّآ اَنْ تُلْقِيَ وَاِمَّآ اَنْ نَّكُوْنَ نَحْنُ الْمُلْقِيْنَ Qālū yā mūsā immā an tulqiya wa immā an nakūna naḥnul-mulqīna. Mereka para penyihir berkata, “Wahai Musa, engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu atau kami yang melemparkan?” قَالَ اَلْقُوْاۚ فَلَمَّآ اَلْقَوْا سَحَرُوْٓا اَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوْهُمْ وَجَاۤءُوْ بِسِحْرٍ عَظِيْمٍ Qāla alqū, falammā alqau saḥarū ayunan-nāsi wastarhabūhum wa jā'ū bisiḥrin aẓīmin. Dia Musa menjawab, “Lemparkanlah lebih dahulu!” Maka, ketika melemparkan tali-temali, mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan mereka takut. Mereka memperlihatkan sihir yang hebat menakjubkan. ۞ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَلْقِ عَصَاكَۚ فَاِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُوْنَۚ Wa auḥainā ilā mūsā an alqi aṣāka, fa iżā hiya talqafu mā ya'fikūna. Kami wahyukan kepada Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka, tiba-tiba ia menelan habis segala kepalsuan mereka. فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَۚ Fa waqaal-ḥaqqu wa baṭala mā kānū yamalūna. Maka, terbuktilah kebenaran dan sia-sialah segala yang mereka kerjakan. فَغُلِبُوْا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوْا صٰغِرِيْنَۚ Fa gulibū hunālika wanqalabū ṣāgirīna. Mereka dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. وَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سٰجِدِيْنَۙ Wa ulqiyas-saḥaratu sājidīna. Para penyihir itu tersungkur dalam keadaan sujud. قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ Qālū āmannā birabbil-ālamīna. Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, رَبِّ مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ Rabbi mūsā wa hārūna. yaitu Tuhannya Musa dan Harun.” قَالَ فِرْعَوْنُ اٰمَنْتُمْ بِهٖ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَكُمْۚ اِنَّ هٰذَا لَمَكْرٌ مَّكَرْتُمُوْهُ فِى الْمَدِيْنَةِ لِتُخْرِجُوْا مِنْهَآ اَهْلَهَاۚ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ Qāla firaunu āmantum bihī qabla an āżana lakum, inna hāżā lamakrum makartumūhu fil-madīnati litukhrijū minhā ahlahā, fa saufa talamūna. Firaun berkata, “Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di kota ini untuk mengusir penduduknya. Kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu ini. لَاُقَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ مِّنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَاُصَلِّبَنَّكُمْ اَجْمَعِيْنَ La'uqaṭṭianna aidiyakum wa arjulakum min khilāfin ṡumma la'uṣallibannakum ajmaīna. Pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya kemudian sungguh akan aku salib kamu semua.” قَالُوْٓا اِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا مُنْقَلِبُوْنَۙ Qālū innā ilā rabbinā munqalibūna. Mereka para penyihir menjawab, “Sesungguhnya kami hanya akan kembali kepada Tuhan kami. وَمَا تَنْقِمُ مِنَّآ اِلَّآ اَنْ اٰمَنَّا بِاٰيٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاۤءَتْنَا ۗرَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ ࣖ Wa mā tanqimu minnā illā an āmannā bi'āyāti rabbinā lammā jā'atnā, rabanā afrig alainā ṣabraw wa tawaffanā muslimīna. Engkau Firaun tidak menghukum kami, kecuali karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.” Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim berserah diri kepada-Mu.” وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اَتَذَرُ مُوْسٰى وَقَوْمَهٗ لِيُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَيَذَرَكَ وَاٰلِهَتَكَۗ قَالَ سَنُقَتِّلُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَنَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْۚ وَاِنَّا فَوْقَهُمْ قٰهِرُوْنَ Wa qālal-mala'u min qaumi firauna atażaru mūsā wa qaumahū liyufsidū fil-arḍi wa yażaraka wa ālihataka, qāla sanuqattilu abnā'ahum wa nastaḥyī nisā'ahum, wa innā fauqahum qāhirūna. Para pemuka dari kaum Firaun berkata, “Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya sehingga mereka berbuat kerusakan di negeri ini Mesir dan dia Musa meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?” Firaun menjawab, “Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka.” قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهِ اسْتَعِيْنُوْا بِاللّٰهِ وَاصْبِرُوْاۚ اِنَّ الْاَرْضَ لِلّٰهِ ۗيُوْرِثُهَا مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ Qāla mūsā liqaumihistaīnū billāhi waṣbirū, innal-arḍa lillāhi, yūriṡuhā may yasyā'u min ibādihī, wal-āqibatu lil-muttaqīna. Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini milik Allah. Dia akan mewariskannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” قَالُوْٓا اُوْذِيْنَا مِنْ قَبْلِ اَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْۢ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا ۗقَالَ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ ࣖ Qālū ūżīnā min qabli an ta'tiyanā wa mim badi mā ji'tanā, qāla asā rabbukum ay yuhlika aduwwakum wa yastakhlifakum fil-arḍi fa yanẓura kaifa tamalūna. Mereka kaum Musa berkata, “Kami telah ditindas oleh Firaun sebelum engkau datang kepada kami dan setelah engkau datang.” Musa menjawab, “Mudah-mudahan Tuhanmu membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu penguasa di bumi lalu Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu.” وَلَقَدْ اَخَذْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِيْنَ وَنَقْصٍ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ Wa laqad akhażnā āla firauna bis-sinīna wa naqṣim minaṡ-ṡamarāti laallahum yażżakkarūna. Sungguh, Kami telah menghukum Firaun dan kaumnya dengan mendatangkan kemarau panjang dan kekurangan buah-buahan agar mereka mengambil pelajaran. فَاِذَا جَاۤءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوْا لَنَا هٰذِهٖ ۚوَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّطَّيَّرُوْا بِمُوْسٰى وَمَنْ مَّعَهٗۗ اَلَآ اِنَّمَا طٰۤىِٕرُهُمْ عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ Fa iżā jā'athumul-ḥasanatu qālū lanā hāżihī, wa in tuṣibhum sayyi'atuy yaṭṭayyarū bimūsā wa mam maahū, alā innamā ṭā'iruhum indallāhi wa lākinna aksṡarahum lā yalamūna. Maka, apabila kebaikan kemakmuran datang kepada mereka, mereka berkata, “Kami pantas mendapatkan ini karena usaha kami.” Jika ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya ketentuan tentang nasib mereka baik dan buruk di sisi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. وَقَالُوْا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهٖ مِنْ اٰيَةٍ لِّتَسْحَرَنَا بِهَاۙ فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِيْنَ Wa qālū mahmā ta'tinā bihī min āyatil litasḥaranā bihā, famā naḥnu laka bimu'minīna. Mereka kaum Firaun berkata kepada Musa, “Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami dengannya, kami tidak akan beriman kepadamu.” فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوْفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ اٰيٰتٍ مُّفَصَّلٰتٍۗ فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا قَوْمًا مُّجْرِمِيْنَ Fa arsalnā alaihimuṭ-ṭūfāna wal-jarāda wal-qummala waḍ-ḍafādia wad-dama āyātim mufaṣṣalātin, fastakbarū wa kānū qaumam mujrimīna. Maka, Kami kirimkan kepada mereka siksa berupa banjir besar, belalang, kutu, katak, dan darah air minum berubah menjadi darah sebagai bukti-bukti yang jelas dan terperinci. Akan tetapi, mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka. وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوْا يٰمُوْسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَۚ لَىِٕنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۚ Wa lammā waqaa alihimur-rijzu qālū yā mūsadu lanā rabbaka bimā ahida indaka, la'in kasyafta annar-rijza lanu'minanna laka wa lanursilanna maaka banī isrā'īla. Ketika azab yang telah diterangkan itu menimpa mereka, mereka pun berkata, “Wahai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ اِلٰٓى اَجَلٍ هُمْ بَالِغُوْهُ اِذَا هُمْ يَنْكُثُوْنَ Falammā kasyafnā anhumur-rijza ilā ajalin hum bāligūhu iżā hum yankuṡūna. Namun, setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi, ternyata mereka ingkar janji. فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَاَغْرَقْنٰهُمْ فِى الْيَمِّ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَكَانُوْا عَنْهَا غٰفِلِيْنَ Fantaqamnā minhum fa agraqnāhum fil-yammi bi'annahum każżabū bi'āyātinā wa kānū anhā gāfilīna. Maka, Kami membalas mereka dengan siksa yang lebih berat. Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang lengah terhadapnya. وَاَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُسْتَضْعَفُوْنَ مَشَارِقَ الْاَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنٰى عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۙ بِمَا صَبَرُوْاۗ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهٗ وَمَا كَانُوْا يَعْرِشُوْنَ Wa auraṡnal-qaumal-lażīna kānū yustaḍafūna masyāriqal-arḍi wa magāribahal-latī bāraknā fīhā, wa tammat kalimatu rabbikal-ḥusnā alā banī isrā'īla, bimā ṣabarū, wa dammarnā mā kāna yaṣnau firaunu wa qaumuhū wa mā kānū yarisyūna. Kami wariskan kepada kaum yang selalu tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. Dengan demikian, telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu sebagai janji untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Kami hancurkan apa pun yang telah dibuat Firaun dan kaumnya serta apa pun yang telah mereka bangun. وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتَوْا عَلٰى قَوْمٍ يَّعْكُفُوْنَ عَلٰٓى اَصْنَامٍ لَّهُمْ ۚقَالُوْا يٰمُوْسَى اجْعَلْ لَّنَآ اِلٰهًا كَمَا لَهُمْ اٰلِهَةٌ ۗقَالَ اِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ Wa jāwaznā bibanī isrā'īlal-baḥra fa atau alā qaumiy yakufūna alā aṣnāmil lahum, qālū yā mūsajal lanā ilāhan kamā lahum ālihahtun, qāla innakum qaumun tajhalūna. Kami menyeberangkan Bani Israil melintasi laut itu dengan selamat. Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang masih tetap menyembah berhala, mereka Bani Israil berkata, “Wahai Musa, buatlah untuk kami tuhan berupa berhala sebagaimana tuhan-tuhan mereka.” Musa menjawab, “Sesungguhnya kamu adalah kaum yang bodoh.” اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيْهِ وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Inna hā'ulā'i mutabbarum mā hum fīhi wa bāṭilum mā kānū yamalūna. Sesungguhnya apa yang mereka anut kemusyrikan akan dihancurkan dan akan sia-sia apa yang telah mereka kerjakan. قَالَ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْغِيْكُمْ اِلٰهًا وَّهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ Qāla agairallāhi abgīkum ilāhaw wa huwa faḍḍalakum alal-ālamīna. Dia Musa berkata kepada kaumnya, “Apakah aku mencarikan untukmu tuhan selain Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat pada masa itu?” وَاِذْ اَنْجَيْنٰكُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْۤءَ الْعَذَابِۚ يُقَتِّلُوْنَ اَبْنَاۤءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْۗ وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ ࣖ Wa iż anjainākum min āli firauna yasūmūnakum sū'al-ażābi, yuqattilūna abnā'akum wa yastaḥyūna nisā'akum wa fī żālikum balā'um mir rabbikum aẓīmun. Ingatlah wahai Bani Israil ketika Kami menyelamatkan kamu dari para pengikut Firaun yang menyiksa kamu dengan siksaan yang paling buruk. Mereka membunuh anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Pada yang demikian itu terdapat cobaan yang besar dari Tuhanmu. ۞ وَوٰعَدْنَا مُوْسٰى ثَلٰثِيْنَ لَيْلَةً وَّاَتْمَمْنٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيْقَاتُ رَبِّهٖٓ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ۚوَقَالَ مُوْسٰى لِاَخِيْهِ هٰرُوْنَ اخْلُفْنِيْ فِيْ قَوْمِيْ وَاَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيْلَ الْمُفْسِدِيْنَ Wa wāadnā mūsā ṡalāṡīna lailataw wa atmamnāhā biasyrin fa tamma mīqātu rabbihī arbaīna lailahtan, wa qāla mūsā li'akhīhi hārūnakhlufnī fī qaumī wa aṣliḥ wa lā tattabi sabīlal-mufsidīna. Kami telah menjanjikan Musa untuk memberikan kitab Taurat setelah bermunajat selama tiga puluh malam. Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi. Maka, lengkaplah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.” وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ Wa lammā jā'a mūsā limīqātinā wa kallamahū rabbuhū, qāla rabbi arinī anẓur ilaika, qāla lan tarānī wa lākininẓur ilal-jabali fa inistaqarra makānahū fa saufa tarānī, falammā tajallā rabbuhū lil-jabali jaalahū dakkaw wa kharra mūsā ṣaiqān, falammā afāqa qāla subḥānaka tubtu ilaika wa ana awwalul-mu'minīna. Ketika Musa datang untuk bermunajat pada waktu yang telah Kami tentukan selama empat puluh hari dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, dia berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Dia berfirman, “Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya seperti sediakala, niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka, ketika Tuhannya menampakkan keagungan-Nya pada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” قَالَ يٰمُوْسٰٓى اِنِّى اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسٰلٰتِيْ وَبِكَلَامِيْ ۖفَخُذْ مَآ اٰتَيْتُكَ وَكُنْ مِّنَ الشّٰكِرِيْنَ Qāla yā mūsā inniṣṭafaituka alan-nāsi birisālātī wa bikalāmī, fa khuż mā ātaituka wa kum minasy-syākirīna. Dia berfirman, “Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih melebihkan engkau dari manusia yang lain untuk membawa risalah dan berbicara langsung dengan-Ku. Maka, berpegang teguhlah pada apa yang Aku berikan kepadamu dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” وَكَتَبْنَا لَهٗ فِى الْاَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً وَّتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍۚ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَّأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوْا بِاَحْسَنِهَا ۗسَاُورِيْكُمْ دَارَ الْفٰسِقِيْنَ Wa katabnā lahū fil-alwāḥi min kulli syai'im mauiẓataw wa tafṣīlal likulli syai'in, fa khużhā biquwwatiw wa'mur qaumaka ya'khużū bi'aḥsanihā, sa'urīkum dāral-fāsiqīna. Kami telah menuliskan untuk Musa pada lauh-lauh Taurat segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal. Lalu Kami berfirman kepadanya, “Berpegang teguhlah padanya dengan sungguh-sungguh dan suruhlah kaummu berpegang padanya dengan sebaik-baiknya. Aku akan memperlihatkan kepadamu kehancuran negeri orang-orang fasik.” سَاَصْرِفُ عَنْ اٰيٰتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ وَاِنْ يَّرَوْا كُلَّ اٰيَةٍ لَّا يُؤْمِنُوْا بِهَاۚ وَاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۚ وَاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَكَانُوْا عَنْهَا غٰفِلِيْنَ Sa'aṣrifu an āyātiyal-lażīna yatakabbarūna fil-arḍi bigairil-ḥaqqi, wa iy yarau kulla āyatil lā yu'minū bihā, wa iy yarau sabīlar-rusydi lā yattakhiżūhu sabīlān, wa iy yarau sabīlal-gayyi yattakhiżūhu sabīlān, żālika bi'annahum każżabū bi'āyātinā wa kānū anhā gāfilīna. Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Jika mereka melihat semua tanda-tanda itu, mereka tetap tidak mau beriman padanya. Jika mereka melihat jalan kebenaran, mereka tetap tidak mau menempuhnya. Sebaliknya, jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya. وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَلِقَاۤءِ الْاٰخِرَةِ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْۗ هَلْ يُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ࣖ Wal-lażīna każżabū bi'āyātinā wa liqā'il-ākhirati ḥabiṭat amāluhum, hal yujzauna illā mā kānū yamalūna. Orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan Kami dan adanya pertemuan akhirat, sia-sialah amal mereka. Bukankah mereka tidak akan dibalas, kecuali sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوْسٰى مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا لَّهٗ خُوَارٌۗ اَلَمْ يَرَوْا اَنَّهٗ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيْهِمْ سَبِيْلًاۘ اِتَّخَذُوْهُ وَكَانُوْا ظٰلِمِيْنَ Wattakhaża mūsā mim badihī min ḥuliyyihim ijlan jasadal lahū khuwārun, alam yarau annahū lā yukallimuhum wa lā yahdīhim sabīlān, ittakhażūhu wa kānū ẓālimīna. Kaum Musa, setelah kepergian Musa ke Gunung Sinai, membuat sembahan berupa patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh bersuara dari perhiasan emas mereka. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa patung anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat pula menunjukkan jalan kebaikan kepada mereka? Bahkan, mereka menjadikannya sebagai sembahan. Mereka adalah orang-orang zalim. وَلَمَّا سُقِطَ فِيْٓ اَيْدِيْهِمْ وَرَاَوْا اَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوْاۙ قَالُوْا لَىِٕنْ لَّمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ Wa lammā suqiṭa fī aidīhim wa ra'au annahum qad ḍallū, qālū la'il lam yarḥamnā rabbunā wa yagfir lanā lanakūnanna minal-khāsirīna. Setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka benar-benar sesat, mereka berkata, “Sungguh, jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.” وَلَمَّا رَجَعَ مُوْسٰٓى اِلٰى قَوْمِهٖ غَضْبَانَ اَسِفًاۙ قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُوْنِيْ مِنْۢ بَعْدِيْۚ اَعَجِلْتُمْ اَمْرَ رَبِّكُمْۚ وَاَلْقَى الْاَلْوَاحَ وَاَخَذَ بِرَأْسِ اَخِيْهِ يَجُرُّهٗٓ اِلَيْهِ ۗقَالَ ابْنَ اُمَّ اِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُوْنِيْ وَكَادُوْا يَقْتُلُوْنَنِيْۖ فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْاَعْدَاۤءَ وَلَا تَجْعَلْنِيْ مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ Wa lammā rajaa mūsā ilā qaumihī gaḍbāna asifān, qāla bi'samā khalaftumūnī mim badī, aajiltum amra rabbikum, wa alqal-alwāḥa wa akhaża bira'si akhīhi yajurruhū ilaihi, qālabna umma innal-qaumastaḍafūnī wa kādū yaqtulūnanī, falā tusymit biyal-adā'a wa lā tajalnī maal-qaumiẓ-ẓālimīna. Ketika Musa kembali kepada kaumnya dalam keadaan marah lagi sedih, dia berkata, “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?” Musa pun melemparkan lauh-lauh Taurat itu dan memegang kepala menjambak saudaranya Harun sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata, “Wahai anak ibuku, kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir saja mereka membunuhku. Oleh karena itu, janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyorakiku karena melihat perlakuan kasarmu terhadapku. Janganlah engkau menjadikanku dalam pandanganmu bersama kaum yang zalim.” قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِاَخِيْ وَاَدْخِلْنَا فِيْ رَحْمَتِكَ ۖوَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ࣖ Qāla rabbigfirlī wa li'akhī wa adkhilnā fī raḥmatika, wa anta arḥamur-rāḥimīna. Dia Musa berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku serta masukkanlah kami ke dalam rahmat-Mu. Engkaulah Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُفْتَرِيْنَ Innal-lażīnattakhażul-ijla sayanāluhum gaḍabum mir rabbihim wa żillatun fil-ḥayātid-dun-yā, wa każālika najzil-muftarīna. Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan patung anak sapi sebagai sembahan kelak akan menerima kemurkaan dan kehinaan dari Tuhan mereka dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang mengada-ada. وَالَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ ثُمَّ تَابُوْا مِنْۢ بَعْدِهَا وَاٰمَنُوْٓا اِنَّ رَبَّكَ مِنْۢ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ Wal-lażīna amilus-sayyi'āti ṡumma tābū mim badihā wa āmanū inna rabbaka mim badihā lagafūrur raḥīmun. Orang-orang yang mengerjakan keburukan, kemudian setelah itu bertobat dan beriman, sesungguhnya Tuhanmu, setelah tobat itu, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُّوْسَى الْغَضَبُ اَخَذَ الْاَلْوَاحَۖ وَفِيْ نُسْخَتِهَا هُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلَّذِيْنَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُوْنَ Wa lammā sakata am mūsal-gaḍabu akhażal-alwāḥa, wa fī nuskhatihā hudaw wa raḥmatul lil-lażīna hum lirabbihim yarhabūna. Setelah amarah Musa mereda, dia mengambil kembali lauh-lauh Taurat itu. Di dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya. وَاخْتَارَ مُوْسٰى قَوْمَهٗ سَبْعِيْنَ رَجُلًا لِّمِيْقَاتِنَا ۚفَلَمَّآ اَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ اَهْلَكْتَهُمْ مِّنْ قَبْلُ وَاِيَّايَۗ اَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاۤءُ مِنَّاۚ اِنْ هِيَ اِلَّا فِتْنَتُكَۗ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاۤءُ وَتَهْدِيْ مَنْ تَشَاۤءُۗ اَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الْغٰفِرِيْنَ Wakhtāra mūsā qaumahū sabīna rajulal limīqātinā, falammā akhażathumur-rajfatu qāla rabbi lau syi'ta ahlaktahum min qablu wa iyyāya, atuhlikunā bimā faalas-sufahā'u minnā, in hiya illā fitnatuka, tuḍillu bihā man tasyā'u wa tahdī man tasyā'u, anta waliyyunā fagfir lanā warḥamnā wa anta khairul-gāfirīna. Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk memohon tobat kepada Kami pada waktu yang telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Penyembahan terhadap patung anak sapi itu hanyalah cobaan dari-Mu. Engkau menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dengan cobaan itu dan Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Pelindung kami. Maka, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi ampun.” ۞ وَاكْتُبْ لَنَا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ اِنَّا هُدْنَآ اِلَيْكَۗ قَالَ عَذَابِيْٓ اُصِيْبُ بِهٖ مَنْ اَشَاۤءُۚ وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍۗ فَسَاَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِنَا يُؤْمِنُوْنَۚ Waktub lanā fī hāżihid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati innā hudnā ilaika, qāla ażābī uṣību bihī man asyā'u, wa raḥmatī wasiat kulla syai'in, fa sa'aktubuhā lil-lażīna yattaqūna wa yu'tūnaz-zakāta wal-lażīna hum bi'āyātinā yu'minūna. Tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali bertobat kepada Engkau. Allah berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa dan menunaikan zakat serta bagi orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami.” اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٗٓ ۙاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ Al-lażīna yattabiūnar-rasūlan nabiyyal-ummiyyal-lażī yajidūnahū maktūban indahum fit-taurāti wal-injīli ya'muruhum bil-marūfi wa yanhāhum anil-munkari wa yuḥillu lahumuṭ-ṭayyibāti wa yuḥarrimu alaihimul-khabā'iṡa wa yaḍau anhum iṣrahum wal-aglālal-latī kānat alaihim, fal-lażīna āmanū bihī wa azzarūhu wa naṣarūhu wattabaun nūral-lażī unzila maahū, ulā'ika humul-mufliḥūna. Yaitu, orang-orang yang mengikuti Rasul Muhammad, Nabi yang ummi tidak pandai baca tulis yang namanya mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya Al-Qur’an, mereka itulah orang-orang beruntung. قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ الْاُمِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ Qul yā ayyuhan-nāsu innī rasūlullāhi ilaikum jamīanil-lażī lahū mulkus-samāwāti wal-arḍi, lā ilāha illā huwa yuḥyī wa yumītu, fa āminū billāhi wa rasūlihin-nabiyyil-ummiyyil-lażī yu'minu billāhi wa kalimatihī wattabiūhu laallakum tahtadūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain Dia, serta Yang menghidupkan dan mematikan. Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu nabi ummi tidak pandai baca tulis yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya kitab-kitab-Nya. Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.” وَمِنْ قَوْمِ مُوْسٰٓى اُمَّةٌ يَّهْدُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهٖ يَعْدِلُوْنَ Wa min qaumi mūsā ummatuy yahdūna bil-ḥaqqi wa bihī yadilūna. Di antara kaum Musa terdapat suatu umat yang memberi petunjuk kepada manusia dengan dasar kebenaran dan dengan itu pula mereka berlaku adil. وَقَطَّعْنٰهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ اَسْبَاطًا اُمَمًاۗ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اِذِ اسْتَسْقٰىهُ قَوْمُهٗٓ اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۚ فَانْۢبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًاۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْۗ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ وَاَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰىۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ Wa qaṭṭanāhumuṡnatai asyrata asbāṭan umamān, wa auḥainā ilā mūsā iżistasqāhu qaumuhū aniḍrib biaṣākal-ḥajara, fambajasat minhuṡnatā asyrata ainān, qad alima kullu unāsim masyrabahum, wa ẓallalnā alaihimul-gamāma wa anzalnā alaihimul-manna was-salwā, kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum, wa mā ẓalamūnā wa lākin kānū anfusahum yaẓlimūna. Kami membagi mereka Bani Israil menjadi dua belas suku yang tiap-tiap mereka berjumlah besar. Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah dari batu itu dua belas mata air. Sungguh, setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. Kami naungi mereka dengan awan dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. Kami berfirman, “Makanlah yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu.” Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi merekalah yang selalu menzalimi dirinya sendiri. وَاِذْ قِيْلَ لَهُمُ اسْكُنُوْا هٰذِهِ الْقَرْيَةَ وَكُلُوْا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُوْلُوْا حِطَّةٌ وَّادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطِيْۤـٰٔتِكُمْۗ سَنَزِيْدُ الْمُحْسِنِيْنَ Wa iżā qīla lahumuskunū hāżihil-qaryata wa kulū minhā ḥaiṡu syi'tum wa qūlū ḥiṭṭatuw wadkhulul-bāba sujjadan nagfir lakum khaṭī'ātikum, sanazīdul-muḥsinīna. Ingatlah ketika dikatakan kepada mereka Bani Israil, “Tinggallah di negeri ini Baitulmaqdis dan makanlah dari hasil bumi-nya di mana saja kamu kehendaki, serta katakanlah, Bebaskanlah kami dari dosa,’ lalu masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk! Jika kamu melakukan itu semua, niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Kami akan menambah karunia kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِجْزًا مِّنَ السَّمَاۤءِ بِمَا كَانُوْا يَظْلِمُوْنَ ࣖ Fa baddalal-lażīna ẓalamū minhum qaulan gairal-lażī qīla lahum fa arsalnā alaihim rijzam minas-samā'i bimā kānū yaẓlimūna. Maka, orang-orang yang zalim di antara mereka mengganti perkataan itu dengan perkataan yang tidak diperintahkan kepada mereka. Lalu, Kami timpakan kepada mereka azab dari langit karena mereka selalu berbuat zalim. وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِۘ اِذْ يَعْدُوْنَ فِى السَّبْتِ اِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَّيَوْمَ لَا يَسْبِتُوْنَۙ لَا تَأْتِيْهِمْ ۛ كَذٰلِكَ ۛنَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ Was'alhum anil-qaryatil-latī kānat ḥāḍiratal-baḥri, iż yadūna fis-sabti iż ta'tīhim ḥītānuhum yauma sabtihim syurraaw wa yauma lā yasbitūna, lā ta'tīhim - każālika - nablūhum bimā kānū yafsuqūna. Tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, yaitu ketika datang kepada mereka ikan-ikan yang berada di sekitar mereka bermunculan di permukaan air. Padahal, pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka karena mereka selalu berlaku fasik. وَاِذْ قَالَتْ اُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُوْنَ قَوْمًاۙ ۨاللّٰهُ مُهْلِكُهُمْ اَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًاۗ قَالُوْا مَعْذِرَةً اِلٰى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ Wa iż qālat ummatum minhum lima taiẓūna qaumān, allāhu muhlikuhum au muażżibuhum ażāban syadīdān, qālū mażiratan ilā rabbikum wa laallahum yattaqūna. Ingatlah ketika salah satu golongan di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan lepas tanggung jawab kepada Tuhanmu dan agar mereka bertakwa.” فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖٓ اَنْجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْۤءِ وَاَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍۢ بَـِٔيْسٍۢ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ Falammā nasū mā żukkirū bihī anjainal-lażīna yanhauna anis-sū'i wa akhażnal-lażīna ẓalamū biażābim ba'īsim bimā kānū yafsuqūna. Maka, setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang mencegah orang berbuat keburukan dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim azab yang keras karena mereka selalu berbuat fasik. فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَّا نُهُوْا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٕيْنَ Falammā atau am mā nuhū anhu qulnā lahum kūnū qiradatan khāsi'īna. Kemudian, ketika mereka bersikeras melampaui batas terhadap segala yang dilarang, Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ يَّسُوْمُهُمْ سُوْۤءَ الْعَذَابِۗ اِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيْعُ الْعِقَابِۖ وَاِنَّهٗ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ Wa iż ta'ażżana rabbuka layabaṡanna alaihim ilā yaumil-qiyāmati may yasūmuhum sū'al-ażābi, inna rabbaka lasarīul-iqābi, wa innahū lagafūrur raḥīmun. Ingatlah ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sungguh Dia akan mengirimkan kepada mereka Bani Israil orang-orang yang akan menimpakan seburuk-buruk azab kepada mereka sampai hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat hukuman-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. وَقَطَّعْنٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اُمَمًاۚ مِنْهُمُ الصّٰلِحُوْنَ وَمِنْهُمْ دُوْنَ ذٰلِكَ ۖوَبَلَوْنٰهُمْ بِالْحَسَنٰتِ وَالسَّيِّاٰتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ Wa qaṭṭanāhum fil-arḍi umamān, minhumuṣ-ṣāliḥūna wa minhum dūna żālika, wa balaunāhum bil-ḥasanāti was-sayyi'āti laallahum yarjiūna. Kami membagi mereka di bumi ini menjadi beberapa golongan. Di antaranya ada orang-orang yang saleh dan ada pula yang tidak. Kami menguji mereka dengan berbagai kebaikan dan keburukan agar mereka kembali pada kebenaran. فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَّرِثُوا الْكِتٰبَ يَأْخُذُوْنَ عَرَضَ هٰذَا الْاَدْنٰى وَيَقُوْلُوْنَ سَيُغْفَرُ لَنَاۚ وَاِنْ يَّأْتِهِمْ عَرَضٌ مِّثْلُهٗ يَأْخُذُوْهُۗ اَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِّيْثَاقُ الْكِتٰبِ اَنْ لَّا يَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوْا مَا فِيْهِۗ وَالدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ Fa khalafa mim badihim khalfuw wariṡul-kitāba ya'khużūna araḍa hāżal-adnā wa yaqūlūna sayugfaru lanā, wa iy ya'tihim araḍum miṡluhū ya'khużūhu, alam yu'khaż alaihim mīṡāqul-kitābi allā yaqūlū alallāhi illal-ḥaqqa wa darasū mā fīhi, wad-dārul-ākhiratu khairul lil-lażīna yattaqūna, afalā taqilūna. Kemudian, setelah mereka, datanglah generasi yang lebih buruk yang mewarisi kitab suci Taurat. Mereka mengambil harta benda duniawi yang rendah ini sebagai ganti dari kebenaran. Lalu, mereka berkata, “Kami akan diampuni.” Jika nanti harta benda duniawi datang kepada mereka sebanyak itu, niscaya mereka akan mengambilnya juga. Bukankah mereka sudah terikat perjanjian dalam kitab suci Taurat bahwa mereka tidak akan mengatakan kepada Allah, kecuali yang benar, dan mereka pun telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Negeri akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka, tidakkah kamu mengerti? وَالَّذِيْنَ يُمَسِّكُوْنَ بِالْكِتٰبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۗ اِنَّا لَا نُضِيْعُ اَجْرَ الْمُصْلِحِيْنَ Wal-lażīna yumassikūna bil-kitābi wa aqāmuṣ-ṣalāhta, innā lā nuḍīu ajral-muṣliḥīna. Orang-orang yang berpegang teguh pada kitab suci Taurat dan melaksanakan salat, sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang saleh. ۞ وَاِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَاَنَّهٗ ظُلَّةٌ وَّظَنُّوْٓا اَنَّهٗ وَاقِعٌۢ بِهِمْۚ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ࣖ Wa iż nataqnal-jabala fauqahum ka'annahum ẓullatuw wa ẓannū annahū wāqium bihim, khużū mā ātainākum biquwwatiw ważkurū mā fīhi laallakum tattaqūna. Ingatlah ketika Kami mengangkat gunung dari akarnya ke atas mereka, seakan-akan gunung itu awan dan mereka yakin bahwa gunung itu akan jatuh menimpa mereka. Kami berfirman kepada mereka, “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu serta ingatlah selalu amalkanlah apa yang tersebut di dalamnya agar kamu bertakwa.” وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ Wa iż akhaża rabbuka mim banī ādama min ẓuhūrihim żurriyyatahum wa asyhadahum alā anfusihim, alastu birabbikum, qālū balā - syahidnā - an taqūlū yaumal-qiyāmati innā kunnā an hāżā gāfilīna. Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri seraya berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi.” Kami melakukannya agar pada hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,” اَوْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اَشْرَكَ اٰبَاۤؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنْۢ بَعْدِهِمْۚ اَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُوْنَ Au taqūlū innamā asyraka ābā'unā min qablu wa kunnā żurriyyatam mim badihim, afatuhlikunā bimā faalal-mubṭilūna. atau agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami adalah keturunan yang datang setelah mereka. Maka, apakah Engkau akan menyiksa kami karena perbuatan para pelaku kebatilan?” وَكَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ Wa każālika nufaṣṣilul-āyāti wa laallahum yarjiūna. Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu dan agar mereka kembali kepada kebenaran. وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ الَّذِيْٓ اٰتَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَاَتْبَعَهُ الشَّيْطٰنُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِيْنَ Watlu alaihim naba'al-lażī ātaināhu āyātinā fansalakha minhā fa atbaahusy-syaiṭānu fa kāna minal-gāwīna. Bacakanlah Nabi Muhammad kepada mereka tentang berita orang yang telah Kami anugerahkan ayat-ayat Kami kepadanya. Kemudian, dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu setan mengikutinya dan terus menggodanya sehingga dia termasuk orang yang sesat. وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ Wa lau syi'nā larafanāhu bihā wa lākinnahū akhlada ilal-arḍi wattabaa hawāhu, fa maṡaluhū kamaṡalil-kalbi, in taḥmil alaihi yalhaṡ au tatrukūhu yalhaṡ, żālika maṡalul-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātinā, faqṣuṣil-qaṣaṣa laallahum yatafakkarūna. Seandainya Kami menghendaki, niscaya Kami tinggikan derajat-nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Maka, perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia menjulurkan lidahnya juga. Demikian itu adalah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. سَاۤءَ مَثَلًا ۨالْقَوْمُ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاَنْفُسَهُمْ كَانُوْا يَظْلِمُوْنَ Sā'a maṡalanil-qaumul-lażīna każżabū bi'āyātinā wa anfusahum kānū yaẓlimūna. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka hanya menzalimi diri mereka sendiri. مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِيْۚ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ May yahdillāhu fa huwal-muhtadī, wa may yuḍlil fa ulā'ika humul-khāsirūna. Siapa saja yang Allah beri petunjuk, dialah yang mendapat petunjuk dan siapa saja yang Allah sesatkan, merekalah orang-orang yang merugi. وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ Wa laqad żara'nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-insi, lahum qulūbul lā yafqahūna bihā wa lahum ayunul lā yabṣirūna bihā wa lahum āżānul lā yasmaūna bihā, ulā'ika kal-anāmi bal hum aḍallu, ulā'ika humul-gāfilūna. Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk masuk neraka Jahanam karena kesesatan mereka. Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat ayat-ayat Allah, serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ Wa lillāhil-asmā'ul-ḥusnā fadūhu bihā, wa żarul-lażīna yulḥidūna fī asmā'ihī, sayujzauna mā kānū yamalūna. Allah memiliki Asmaulhusna nama-nama yang terbaik. Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. وَمِمَّنْ خَلَقْنَآ اُمَّةٌ يَّهْدُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهٖ يَعْدِلُوْنَ ࣖ Wa mimman khalaqnā ummatuy yahdūna bil-ḥaqqi wa bihī yadilūna. Di antara orang-orang yang telah Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan dasar kebenaran dan dengan itu pula mereka berlaku adil. وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ Wal-lażīna każżabū bi'āyātinā sanastadrijuhum min ḥaiṡu lā yalamūna. Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur menuju kebinasaan dari arah yang tidak mereka ketahui. وَاُمْلِيْ لَهُمْ ۗاِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ Wa umlī lahum, inna kaidī matīnun. Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku sangat teguh. اَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوْا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ Awalam yatafakkarū mā biṣāḥibihim min jinnahtin, in huwa illā nażīrum mubīnun. Apakah mereka tidak merenungkan bahwa teman mereka Nabi Muhammad tidak gila sedikit pun? Dia hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas. اَوَلَمْ يَنْظُرُوْا فِيْ مَلَكُوْتِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍ وَّاَنْ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنَ قَدِ اقْتَرَبَ اَجَلُهُمْۖ فَبِاَيِّ حَدِيْثٍۢ بَعْدَهٗ يُؤْمِنُوْنَ Awalam yanẓurū fī malakūtis-samāwāti wal-arḍi wa mā khalaqallāhu min syai'iw wa an asā ay yakūna qadiqtaraba ajaluhum, fa bi'ayyi ḥadīṡim badahū yu'minūna. Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang Allah ciptakan dan kemungkinan telah makin dekatnya waktu kebinasaan mereka? Lalu, berita mana lagi setelah ini yang akan mereka percayai? مَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَا هَادِيَ لَهٗ ۖوَيَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ May yuḍlilillāhu falā hādiya lahū, wa yażaruhum fī ṭugyānihim yamahūna. Siapa saja yang Allah sesatkan, tidak ada yang mampu memberinya petunjuk dan Dia akan membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan. يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ ثَقُلَتْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا تَأْتِيْكُمْ اِلَّا بَغْتَةً ۗيَسْـَٔلُوْنَكَ كَاَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ Yas'alūnaka anis-sāati ayyāna mursāhā, qul innamā ilmuhā inda rabbī, lā yujallīhā liwaqtihā illā huwa, ṡaqulat fis-samāwāti wal-arḍi, lā ta'tīkum illā bagtahtan, yas'alūnaka ka'annaka ḥafiyyun anhā, qul innamā ilmuhā indallāhi wa lākinna akṡaran nāsi lā yalamūna. Mereka menanyakan kepadamu Nabi Muhammad tentang kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Tuhanku. Tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. Kiamat itu sangat berat huru-haranya bagi makhluk yang di langit dan di bumi. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah Nabi Muhammad, “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛاِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ Qul lā amliku linafsī nafaw wa lā ḍarran illā mā syā'allāhu, wa lau kuntu alamul gaiba-lastakṡartu minal-khairi - wa mā massaniyas-sū'u - in ana illā nażīruw wa basyīrul liqaumiy yu'minūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki. Seandainya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan bahaya tidak akan menimpaku. Aku hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi kaum yang beriman.” ۞ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ اِلَيْهَاۚ فَلَمَّا تَغَشّٰىهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهٖ ۚفَلَمَّآ اَثْقَلَتْ دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا لَىِٕنْ اٰتَيْتَنَا صَالِحًا لَّنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ Huwal-lażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wajaala minhā zaujahā liyaskuna ilaihā, falammā tagasysyāhā ḥamalat ḥamlan khafīfan fa marrat bihī, falammā aṡqalad daawallāha rabbahumā la'in ātaitanā ṣāliḥan lanakūnanna minasy-syākirīna. Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu Adam dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia istrinya mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya suami istri memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” فَلَمَّآ اٰتٰىهُمَا صَالِحًا جَعَلَا لَهٗ شُرَكَاۤءَ فِيْمَآ اٰتٰىهُمَا ۚفَتَعٰلَى اللّٰهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ Falammā ātāhumā ṣāliḥan jaalā lahū syurakā'a fīmā ātāhumā, fa taālallāhu ammā yusyrikūna. Kemudian, setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah dalam penciptaan anak yang telah Dia anugerahkan kepada mereka. Maka, Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. اَيُشْرِكُوْنَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَۖ Ayusyrikūna mā lā yakhluqu syai'aw wa hum yukhlaqūna. Apakah mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun, padahal ia berhala sendiri diciptakan? وَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ لَهُمْ نَصْرًا وَّلَآ اَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُوْنَ Wa lā yastaṭīūna lahum naṣraw wa lā anfusahum yanṣurūna. Berhala itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada mereka para penyembahnya dan bahkan kepada dirinya sendiri pun ia tidak dapat memberi pertolongan. وَاِنْ تَدْعُوْهُمْ اِلَى الْهُدٰى لَا يَتَّبِعُوْكُمْۗ سَوَۤاءٌ عَلَيْكُمْ اَدَعَوْتُمُوْهُمْ اَمْ اَنْتُمْ صٰمِتُوْنَ Wa in tadūhum ilal-hudā lā yattabiūkum, sawā'un alaikum adaautumūhum am antum ṣāmitūna. Jika kamu orang-orang musyrik menyeru mereka berhala-berhala itu untuk memberi petunjuk kepadamu, mereka tidak akan memenuhi seruanmu. Sama saja hasilnya buatmu, apakah kamu menyeru mereka atau berdiam diri. اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ عِبَادٌ اَمْثَالُكُمْ فَادْعُوْهُمْ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Innal-lażīna tadūna min dūnillāhi ibādun amṡālukum fadūhum falyastajībū lakum in kuntum ṣādiqīna. Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah adalah makhluk yang lemah seperti kamu. Maka, serulah mereka, lalu biarlah mereka memenuhi seruanmu, jika kamu orang yang benar. اَلَهُمْ اَرْجُلٌ يَّمْشُوْنَ بِهَآ ۖ اَمْ لَهُمْ اَيْدٍ يَّبْطِشُوْنَ بِهَآ ۖ اَمْ لَهُمْ اَعْيُنٌ يُّبْصِرُوْنَ بِهَآ ۖ اَمْ لَهُمْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۗ قُلِ ادْعُوْا شُرَكَاۤءَكُمْ ثُمَّ كِيْدُوْنِ فَلَا تُنْظِرُوْنِ Alahum arjuluy yamsyūna bihā am lahum aidiy yabṭisyūna bihā am lahum ayunuy yubṣirūna bihā am lahum āżānuy yasmaūna bihā, qulidū syurakā'akum ṡumma kīdūni falā tunẓirūni. Apakah mereka berhala mempunyai kaki untuk berjalan, mempunyai tangan untuk memegang dengan keras, mempunyai mata untuk melihat, atau mempunyai telinga untuk mendengar? Katakanlah Nabi Muhammad, “Panggillah berhala-berhalamu yang kamu anggap sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya untuk mencelakakan-ku dan jangan kamu tunda lagi. اِنَّ وَلِيِّ َۧ اللّٰهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتٰبَۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصّٰلِحِيْنَ Inna waliyyiyallāhul-lażī nazzalal-kitāba, wa huwa yatawallaṣ-ṣāliḥīna. Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan kitab suci Al-Qur’an. Dia melindungi orang-orang saleh. وَالَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَكُمْ وَلَآ اَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُوْنَ Wal-lażīna tadūna min dūnihī lā yastaṭīūna naṣrakum wa lā anfusahum yanṣurūna. Berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri. وَاِنْ تَدْعُوْهُمْ اِلَى الْهُدٰى لَا يَسْمَعُوْاۗ وَتَرٰىهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ Wa in tadūhum ilal-hudā lā yasmaū, wa tarāhum yanẓurūna ilaika wa hum lā yubṣirūna. Jika kamu menyeru mereka berhala-berhala untuk memberi petunjuk, mereka tidak dapat mendengarnya. Kamu mengira mereka memperhatikanmu, padahal mereka tidak melihat.” خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ Khużil-afwa wa'mur bil-urfi wa ariḍ anil-jāhilīna. Jadilah pemaaf, perintahlah orang-orang pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh. وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ Wa immā yanzagannaka minasy-syaiṭāni nazgun fastaiż billāhi, innahū samīun alīmun. Jika setan benar-benar menggodamu dengan halus, berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ Innal-lażīnattaqau iżā massahum ṭā'ifum minasy-syaiṭāni tażakkarū fa iżā hum mubṣirūna. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat berbuat dosa dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah. Maka, seketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. وَاِخْوَانُهُمْ يَمُدُّوْنَهُمْ فِى الْغَيِّ ثُمَّ لَا يُقْصِرُوْنَ Wa ikhwānuhum yamuddūnahum fil-gayyi ṡumma lā yuqṣirūna. Teman-teman mereka orang kafir dan fasik membantu setan-setan dalam kesesatan, kemudian mereka tidak henti-hentinya menyesatkan. وَاِذَا لَمْ تَأْتِهِمْ بِاٰيَةٍ قَالُوْا لَوْلَا اجْتَبَيْتَهَاۗ قُلْ اِنَّمَآ اَتَّبِعُ مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ مِنْ رَّبِّيْۗ هٰذَا بَصَاۤىِٕرُ مِنْ رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ Wa iżā lam ta'tihim bi'āyatin qālū lau lajtabaitahā, qul inamā attabiu mā yūḥā ilayya mir rabbī, hāżā baṣā'iru mir rabbikum wa hudaw wa raḥmatul liqaumiy yu'minūna. Jika engkau Nabi Muhammad tidak membacakan satu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?” Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Al-Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang beriman.” وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ Wa iżā quri'al-qur'ānu fastamiū lahū wa anṣitū laallakum turḥamūna. Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah dengan saksama dan diamlah agar kamu dirahmati. وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ Ważkur rabbaka fī nafsika taḍarruaw wa khīfataw wa dūnal-jahri minal-qauli bil-guduwwi wal-āṣāli wa lā takum minal-gāfilīna. Ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut pada waktu pagi dan petang, dengan tidak mengeraskan suara, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah. اِنَّ الَّذِيْنَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَيُسَبِّحُوْنَهٗ وَلَهٗ يَسْجُدُوْنَ ࣖ ۩ Innal-lażīna inda rabbika lā yastakbirūna an ibādatihī wa yusabbiḥūnahū wa lahū yasjudūna. Sesungguhnya malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidak menyombongkan diri dari ibadah kepada-Nya dan mereka menyucikan-Nya. Hanya kepada-Nya mereka bersujud.
. 7027btxbye.pages.dev/797027btxbye.pages.dev/3857027btxbye.pages.dev/2087027btxbye.pages.dev/2677027btxbye.pages.dev/27027btxbye.pages.dev/227027btxbye.pages.dev/277027btxbye.pages.dev/3967027btxbye.pages.dev/220
surat al a raf ayat 117 122 latin dan artinya